(Foto: Dokumentasi Suara Mahasiswa)
Pada 15 Agustus 2017 yang lalu, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) mengeluarkan surat keputusan No. 2732/SK/BAN-PT/Akred/PT/VIII/2017 yang memutuskan bahwa saat ini, Universitas Islam Bandung terakreditasi “A” yang berlaku hingga 15 Agustus 2022 mendatang. Sebagai alumni dari Unisba, tentu saja penulis bangga dengan apa yang diraih oleh Unisba. Dan penulis pun berterimakasih kepada seluruh pihak yang telah berjuang untuk prestasi ini.
Walau sudah lulus dan diwisuda Agustus kemarin, permasalahan Unisba lima tahun belakangan ini tetap sama. Puncaknya, aliansi Keluarga Besar Mahasiswa Unisba (KBMU) melakukan aksi demonstrasi sebagai tuntutan mahasiswa kepada pihak universitas untuk menyelesaikan persoalan yang tengah terjadi di Unisba sesuai dengan tautan berikut ini
Mahasiswa Tuntut Kurangnya Fasilitas dalam Mimbar Terbuka KBMU
Dan penulis pun menyimpulkan dalam satu pertanyaan, “Pantaskah Unisba Meraih Akreditasi A?” Inilah poin-poin utamanya yang ingin penulis sampaikan kepada Yth. Bapak Rektor dan Yth. Ketua Yayasan.
- Fasilitas yang tidak sesuai dengan bayaran perkuliahan
Sebagai salah satu kampus favorit di Kota Bandung, dapat dikatakan, biaya pendidikan di Unisba sangatlah mahal. Biaya kuliah di Unisba hampir setara dengan Universitas Katolik Parahyangan, maupun Universitas Kristen Maranatha. Namun, fasilitas yang didapatkan, masih sangat jauh.
Diantaranya, area parkir yang tidak sesuai jumlah kendaraan yang ingin parkir. Tidak sedikit mahasiswa yang terlambat memasuki ruang perkuliahan karena harus mencari tempat parkir.
Ruang kelas yang kurang, baik secara kuantitas, apalagi kualitasnya. Tidak sedikit perkuliahan yang dibatalkan karena tidak adanya ruang kelas. Bahkan, untuk pertama kalinya, tahun ini Student Center Unisba dan Dapur Aula dipergunakan untuk ruang kelas karena jumlah kelas yang tidak memadai.
Sekretariat organisasi kemahasiswaan yang juga kurang baik secara kuantitas dan kualitasnya. Masih banyaknya rekan Himpunan Mahasiswa Program Studi maupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang tidak memiliki sekretariat. Padahal, banyak diantara mereka yang sudah berprestasi atas nama kampus.
Laboratorium untuk praktikum yang juga kurang, baik secara kuantitas dan kualitasnya. Laboratorium-laboratorium untuk praktikum dari berbagai fakultas dan program studi di Unisba, tergolong sempit dan secara sarana prasarana masih harus ditingkatkan lagi.
Seharusnya Unisba menambah kualitas dan kuantitas sarana prasarananya untuk kualitas perkuliahan, praktikum hingga organisasi kemahasiswaan yang lebih baik lagi. Dengan bayaran yang setiap tahun selalu naik, penulis rasa, Unisba mampu untuk menambah kualitas dan kuantitas sarana prasarananya.
- Kualitas dan kuantitas dosen dan karyawan yang masih kurang
Penulis merasa, rasio antara dosen dan mahasiswa di Unisba tidaklah seimbang. Pasalnya dalam Peraturan Menteri Pendidikan, perbandingan jumlah ideal dosen dengan mahasiswa di perguruan tinggi swasta adalah satu banding 30 (1:30) untuk mata kuliah eksakta dan satu banding 45 (1:45) untuk sosial.
Sedangkan di Unisba untuk jurusan Akuntansi perbandingannya 1:47.5, Muamalah 1:45.7, dan Statistika 1:36.9 yang penulis lihat datanya di laman Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi ini belum diperbaharui dengan jumlah mahasiswa 2017.
Meski ada beberapa program studi yang nampak ideal di laman Unisba dalam kenyataannya tidaklah demikian. Misalnya di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung, dalam data tersebut tercatat rasio 1:38.8. Kenyataannya di lapangan, pada kelas Etika dan Hukum Media tahun ajaran ini saja terdapat lebih dari 70 mahasiswa yang di ajar oleh satu dosen. Kelas tersebut juga merupakan gabungan dari mahasiswa yang mengulang mata kuliah tersebut dari berbagai angkatan, sebagaimana yang adik tingkat penulis katakan kepada penulis di sela-sela diskusi sehabis perkuliahan.
Banyak dosen harus mengajar banyak mata kuliah ditambah dengan banyaknya mahasiswa. Beberapa dosen bahkan merangkap sebagai staff akademik di fakultas tempatnya mengajar, mengurusi birokrasi mahasiswa, alih-alih fokus mengajar. Banyak juga dosen yang membimbing skripsi banyak mahasiswa sekaligus. Tentu saja hal ini tidak bagus untuk kualitas kegiatan perkuliahan.
Selain itu, para dosen tersebut haruslah meneruskan “tahta” pada para dosen muda yang memiliki semangat baru, juga lebih familiar dengan isu terkini. Dosen pun harus beregenerasi pada generasi selanjutnya karena dunia akademik akan terus berkembang seiring pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, terutama di era milenea ini.
Seharusnya Unisba menambah jumlah dosen dan karyawan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik lagi, baik kepada civitas akademika Unisba, maupun pihak eksternal yang berkepentingan dengan Unisba. Dengan bayaran yang setiap tahun selalu naik, penulis rasa, Unisba mampu untuk menambah jumlah dosen dan karyawannya.
Petugas akademik dari tingkatan fakultas hingga rektorat pun penulis rasa sangat kurang. Terbukti, saat perwalian tiba, hingga pendaftaran pesantren dan pendaftaran sidang, tidak sedikit petugas akademik yang kewalahan mengurusi banyaknya dokumen mahasiswa yang harus diurus. Hal ini juga memperlambat kegiatan pengurusan dokumen yang harus diurus, dan juga tidak baik.
Perkembangan teknologi informasi kurang diterapkan di Indonesia. Urusan birokrasi masih menjadi momok yang menakutkan karena untuk berbagai urusan, harus dilakukan secara manual, melibatkan banyak kertas, melibatkan banyak pihak, dan tentu saja sangat menyita waktu.
Dalam hal ini, Unisba harus merevolusi segalanya dengan bantuan teknologi informasi yang semakin canggih. Unisba harus mencari cara agar segalanya dapat dikomputerisasi agar dapat memangkas waktu dan juga biaya untuk urusan seperti perwalian, hingga pendaftaran pesantren dan juga pendaftaran sidang. Carilah ahli-ahli teknologi informasi yang capable. Dengan biaya perkuliahan yang begitu mahalnya, Unisba harusnya bisa mengatasi hal ini.
- Anggaran kemahasiswaan yang sangat minim
Poin ketiga merupakan lanjutan dari poin pertama yang penulis rasa penting. Dibandingkan kampus lain yang “tarif berkuliahnya” setara dengan Unisba, anggaran dari setiap organisasi kemahasiswaan yang setiap tahunnya dianggarkan, penulis rasa sangatlah minim. Setiap tahunnya, organisasi kemahasiswaan yang ada di Unisba harus direpotkan mencari dana kesana kemari agar setiap program kerjanya terlaksana dengan lancar.
Sarana prasarana yang didapatkan oleh organisasi kemahasiswaan pun sangatlah minim. Contohnya, UKM-UKM olahraga sulit mencari tempat untuk berlatih di kampus yang sempit sehingga terpaksa menyewa tempat di luar kampus. Selain itu, alat penunjang serta anggaran untuk kegiatan pun masih sangat minim. Kebanyakan dari mereka juga, tidak memiliki sekretariat di dalam kampus.
Padahal, dengan bayaran kuliah yang sebegitu besarnya, seharusnya Unisba mampu menaikkan anggaran kemahasiswaannya. Toh, jika organisasi kemahasiswaan ini keluar kampus mengikuti berbagai macam perlombaan, dan memenangkan perlombaan tersebut, kampus akan ikut harum namanya, bukan?
Demikianlah, poin-poin utama yang penulis anggap penting untuk disampaikan kepada Bapak Rektor dan juga Bapak Ketua Yayasan, beserta solusinya yang penulis anggap bisa menyelesaikan berbagai persoalan yang penulis tuliskan di atas. Penulis sampaikan tulisan ini untuk Unisba yang lebih baik. Terimakasih atas 5 tahun ini, Unisba, atas segala ilmu, pengalaman, suka dan duka yang telah diberikan pada penulis hingga penulis mendapatkan gelar sarjana ilmu komunikasi di kampus ini. Terimakasih kepada Redaksi Pers Suara Mahasiswa yang sudah memuat tulisan ini. Kritik dan saran ini, semoga dapat membangun Unisba lebih baik lagi. Au revoir!
Ditulis oleh Raden Muhammad Wisnu Permana
Penulis adalah alumni Fakultas Ilmu Komunikasi jurusan Jurnalistik 2012
klo lihat peringkat di Dikti dan sertifikat SPMI Unisba sdh sangat layak dpt A; apakah Anya A yang sangat minimal,mungkin dpt dilihat dari akumulusasi jmlh nilai dlm sertifikat AIPT Unisba; bisa jadi dlm standar sarana masih tdk sempurna tapi standar-standar lainnya seperti visi misi,pembiayaan,kurikulum,tata kelola dpt nilai sempurna, lalu menyinggung soal sarana saya kira Unisba tiap tahun membangun gedung-gedung baru dan ini patut disukuri oleh mhs Unisba,termasuk dgn AIPT nya yg A akan memudahkan mendpt pekerjaan bg para alumninya, juga suatu kebanggaaan bagi umat Islam Jawa Barat khususnya