Ilustrasi Spider-Man. (Meilda Amdza/SM)
Suaramahasiswa.info – “Dalam kekuatan besar, terdapat tanggung jawab yang juga besar,” petuah ikonik dari Ben Parker, paman Peter Parker si Spider-Man.
Tony Stark (Robert Downey Jr) memang berkorban untuk menyelamatkan semesta di Avengers: Endgame (2019). Dunia pun berkabung, seakan tidak ada pelindung lagi selain dia. Peter Parker (Tom Holland) pun demikian: tidak ada lagi mentor yang mengajarinya melindungi dunia.
Peter adalah anggota Avengers, setelah disahkan oleh Tony di Avengers: Infinity War (2018), makanya beban seakan ada di dia. Belum lagi, Tony memberikan kaca mata dari Stark Industries yang super canggih ke Peter. Pemberian itu, adalah tanda kepercayaan Tony terhadap Peter untuk menggantikan kiprahnya.
Layaknya sinema adisatria (supehero), pahlawan yang gagah dengan penuh keyakinan melindungi semesta dari kehancuran. Namun, sekuel Spider-Man di Marvel Cinematic Universe (MCU) ini berbeda. Sang protagonis, meski punya kekuatan super, Peter hanyalah remaja baru puber yang ingin menikmati hidup normal dan naksir Michelle Jones (Zendaya) alias MJ.
Demi menghilangkan rasa berkabungnya, Peter, MJ, Ned Leeds (Jacob Batalon), Flash Thompson (Tony Levolori), serta teman-teman sekolahnya yang lain berlibur ke Eropa. Selain itu, Peter juga telah merencanakan akan nembak MJ di Eropa. Memang dasar remaja.
Peter tetap tidak bisa terhindar dari mara bahaya – musuh datang di tempat Peter berlibur. Nick Fury (Samuel L. Jackson) dan Maria Hil (Cobie Smulders) mengajak Peter bekerjasama dengan Quentin Bek alias Mysterio (Jake Gyllenhaal) membasmi The Elementals – monster yang terbuat dari elemen air, api, dan tanah.
Tak disangka-sangka, Quentin yang terlihat baik dan dewasa bagi Peter, ternyata pembohong. Padahal Peter sudah menyerahkan kaca mata pemberian Tony kepadanya karena lebih pantas. Mysterio adalah mantan karyawan Tony di Stark Indutries. Namun, ide Mysterio dicuri oleh Tony sehingga dirinya dikhianati. Kebetulan Tony mati, Mysterio pun ngotot ingin menjadi next Iron Man meski dengan cara berbohong kepada publik.
Lagi-lagi Peter merasa dirinya bersalah sudah memberi kepercayaannya ke Mysterio. Belum lagi teman-teman Peter menjadi sasaran Mysterio. Rencana liburannya kandas, karena tanggung jawab sebagai superhero.
Kejutan
Sebagai penutup fase 3 MCU, sekuel Spider-Man ini tidak dibuat main-main: kejutan yang bikin melongo.
Sebelum mati di tangan Spider-Man, Mysterio ternyata membuat rekaman palsu. Lewat rekaman itu, Mysterio mengatakan Spider-Man ingin menghancurkan dunia. Lalu, Mysterio juga membongkar identitas Peter sebagai Spider-Man kepada publik.
Rekaman itu disiarkan oleh The Daily Bugle, media asal New York. Ternyata, presenter di The Daily Bugle itu adalah J.J. Jameson yang diperankan oleh J.K Simmons. J.K Simons juga memerankan karakter yang sama di Spider-Man garapan Sam Raimi.
Lalu, bagaimana bisa seorang Nick Fury dikibuli Mysterio? Nick yang sepanjang film bersama Peter adalah pemimpin kaum Skrull, Talos. Dan Maria Hill adalah istri Talos. Nick yang asli sedang bersantai di kapal milik Skrull.
***
Kisah Peter di film ini mirip dengan Spider-Man 2 (2004) versi Sam Raimi. Pembedanya Peter di MCU adalah remaja puber, sedangkan Peter yang satunya adalah pria dewasa.
Kesamaannya, Peter memiliki mentor yang dikagumi, yakni Octo (Dr. Octopus). Namun Octo berubah menjadi jahat usai percobaannya gagal. Kisah percintaannya dengan MJ juga kandas. Peter sibuk dengan urusannya sebagai superhero, sehingga lupa dengan pujaan hatinya. Peter pun memutuskan hidup normal, layaknya manusia pada umumnya.
Menjadi pahlawan super adalah sebuah anugerah – bisa melakukan hal-hal mustahil. Di sisi lain, menjadi manusia biasa juga kebutuhan, apalagi saat masa puber. Bagaimanapun petuah Ben Parker benar adanya, “Dalam kekuatan besar, terdapat tanggung jawab yang juga besar”.
Penulis: Febrian Hafizh Muchtamar
Editor: Puteri Redha Patria