Oleh : Nuran Fiqolbi
Kampus merupakan replika hidup berbangsa dan bernegara. Maka kemudian kehidupan kampus akan selalu seiring dan dinamis sesuai hidup berbangsa dan bertanah air. Maka mahasiswa sebagai agen perubahan harus mengetahui persoalan di kampusnya.
Wujud dari pengabdian yang melandasi kecintaan kepada kampus diwujudkan dengan sebuah kritikan. Dewasa ini sudah saatnya mahasiswa untuk memahami bagaimana implementasi dari sikap terhadap kampus sendiri. Pribadi menilai, kritik adalah hal yang paling penting untuk organisasi, karena organisasi perlu masukan-masukan untuk menambah kinerja dan progresifitas. Maka masukan-masukan itu lahir dari kritik yang dibuat untuk mencari persoalan yang sebenarnya sampai mengakar. Setelah dari itu, maka kita mengetahui apa yang menjadi persoalan paling mendasar. Sehingga dalam memberikan masukan atau proyeksi kita memahami apa yang paling mendasar dibalik itu.
Organisasi itu diantaranya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), himpunan, termasuk juga Rektorat. Jangan sampai ada lembaga yang anti kritik, karena ketika salah satu lembaga menjadi anti kritik maka lembaga tersebut memposisikan dalam institusi yang tidak mau berkembang. Zaman sekarang kita telah sampai di era reformasi dimana segala sesuatu dibuka dengan transparan dan seluas-luasnya. Atas asas demokrasi semua bisa diakses, semua orang berhak untuk berpendapat dan berpandangan. Ini menjadi landasan awal yang menekankan tidak ada lembaga dewa atau lembaga ketuhanan yang tidak bisa di kritik. Semua bisa kita kritik sebagai wujud bentuk kecintaan pada lembaga tersebut.
Penulis merupakan Ketua BEM Unisba (Presiden Mahasiswa)