Menunggang Ilmu Pengetahuan
[nk_awb awb_type=”image” awb_image=”15202″ awb_image_size=”full” awb_image_background_size=”cover” awb_image_background_position=”50% 50%” awb_parallax=”scroll” awb_parallax_speed=”0.5″ awb_parallax_mobile=”true”]
Menggeluti ilmu pengetahuan dan memberikan perubahaan yang lebih baik sudah seharusnya dilakukan sebagai seorang agent of change bangsa ini, dengan materi yang ia terima selama menjalani pendidikan. Sudah semestinya mahasiswa dapat mengabdikan diri kepada masyarakat dengan kemampuan intelektual yang tinggi untuk membangun negeri dengan gagasan-gagasan yang cerdas.
[/nk_awb]
TEKS ABYAN ARRASID DAN PUTERI REDHA PATRIA
FOTO MUHAMMAD SODIQ
Memang, ada mahasiswa yang memilih jalan kehidupan kampusnya untuk fokus pendidikan dan lulus, adapun yang memilih untuk berkegiatan ekstra menuruti hobinya. Apa pun pilihannya, saat berada di kampus kegiatan yang tak bisa dilepas yakni belajar di kelas. Bagi mahasiswa yang tidak terlalu suka belajar, akan merasa cukup dengan pembelajaran di kelas. Selain itu, mahasiswa tipe akademisi ini akan sangat antusias jika menjadi delegasi lomba karya tulis ilmah, olimpiade keilmuan, dan sebagainya. Kegiatan tersebut sebagai output yang mereka hasilkan dari belajar.
Wakil Rektor III Bagian Kemahasiswaan Unisba, Asep Ramdan beranggapan bahwa tipe mahasiswa yang terfokus di bidang akademik memiliki harapan yang baik dengan cara yang berbeda. Setiap mahasiswa dituntun untuk menjadi kaum intelek dan berakademisi saat melakukan kegiatan di dalam kampus, akan tetapi kembali kepada keinginan individu. Dalam kegiatan perkuliahan, mahasiswa sedang melakukan self identification yang menata diri ingin menjadi seperti apa.
Salah satu mahasiswa yang mendedikasikan dirinya untuk pengembangan bidang akademik, Imam Roban, seorang mahasiswa jurusan Teknik Informatika 2014 Universitas Komputer Indonesia (Unikom). Ia merupakan salah satu mahasiswa berprestasi dalam divisi robotik. Iman menceritakan timnya pernah meraih mendali emas dalam ajang Internasional. Mereka bersaing dengan kampus yang andal, salah satunya ITB. Selain berjuang mengharumkan nama bangsa Iman pun berusaha membanggakan almamaternya.
Dua tahun Iman dan timnya mendedikasikan diri untuk melakukan pengembangan robot. Banyak karya yang telah mereka buat dalam masa baktinya. Salah satunya mengembangkan robot ‘Icon’ yang mencirikan kampus robotik, timnya membuat tiga robot ikonik diantaranya Bima, Nakula dan Sadewa.
Robot Nakula dan Sadewa dirancang untuk berdiri tegak dengan dua roda berjalan seimbang dengan lihai. Robot-robot tersebut diprogram untuk dapat berinteraksi dengan dengan manusia, seperti menghampiri dan bersalaman dengan seseorang. Dilengkapi dengan audio memungkinkan untuk menyapa para hadirin. Sedangkan Bima merupakan robot display utama dalam pengenalan universitas untuk mahasiswa baru dan orang luar kampus.
Pengembangan dalam lab robotik membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pihak universitas memfasilitasi para mahasiswa untuk menjalankan tugas di laboratorium. “Sayang kan kalau tidak dimanfaatkan dengan baik. Saya pengen mengharumkan nama kampus ini.”
Dirinya merasa bahwa akademik sangat lah penting namun harus disalurkan seperti mengikuti kegiatan perlombaan. “Akademik itu penting , tapi tetep saya juga ingin punya prestasi. Saya tidak ingin menjadi mahasiswa yang kuliah – pulang saja. Lebih ingin ada kesannya gitu, saya ingin ada yang bisa diberikan untuk almamater ini,” Lengkapnya.
[nk_awb awb_type=”image” awb_image=”15310″ awb_image_size=”full” awb_image_background_size=”cover” awb_image_background_position=”50% 50%” awb_parallax=”scroll” awb_parallax_speed=”0.5″ awb_parallax_mobile=”true” awb_mouse_parallax=”true” awb_mouse_parallax_size=”30″ awb_mouse_parallax_speed=”10000″]
Akademik itu penting , tapi tetep saya juga ingin punya prestasi. Saya tidak ingin menjadi mahasiswa yang kuliah – pulang saja. Lebih ingin ada kesannya gitu, saya ingin ada yang bisa diberikan untuk almamater ini
[/nk_awb]
Mahasiswa yang aktif pada akademik ini tidak hanya kurang dalam kompetisi karya tulis tetapi kurang juga dalam keikutsertaan lomba keilmuan. Berdasarkan survei Suara Mahasiswa yang dilakukan pada 150 responden mahasiswa yang fokus pada bidang ini, sebanyak 52,31 persen responden tidak pernah mengikuti olimpiade keilmuan. Tetapi, tidak sedikit juga mahasiswa yang aktif mengikuti kompetisi keilmuan, responden sebanyak 97,6 persen mengikuti lomba sebanyak 1-4 kali. Mayoritas, mereka mengikutinya dengan per kelompok. Bidang yang menjadi fokus mahasiswa dalam kompetisi keilmuan sama seperti kompetisi karya tulis, yakni teknologi.
Asep mengaku banyak menemukan tipe mahasiswa yang terlalu fokus ke bidang akademik yang menutup diri sehingga tidak tersalurkan bakat-bakatnya. Ia sangat menyayangkan hal seperti ini sering terjadi. Asep mengharapkan ada inisiatif dari mereka sehingga pihaknya dapat menyalurkan potensi yang mahasiswa miliki.
Kepala Bidang Ketenagaan, Akademik dan Kemahasiswaan Kopertis wilayah IV Deece Udansyah, membedakan tipe-tipe mahasiswa dalam kegiatan kampus. Salah satunya mahasiswa yang berfokus ke Akademik. Mahasiswa yang satu ini sangat tertuju dengan yang namanya IPK, Nilai dan kegiatan perlombaan secara individu. Oleh karena itu dalam dirinya tidak terlalu memperdulikan sekitar yang sekiranya tidak menguntungkan dirinya.
“Memang benar jika prioritas utama kita berkuliah itu mencari ilmu dalam kegiatan akademik kampus, cuman jikalau tidak terbiasa bersosialisasi dengan orang lain akan menyulitkan buat nanti terjun di masyarakat,” Ucapnya saat diwawancara pada (23/03/2018).
Deece mengatakan, sebagai mahasiswa harus berperan aktif dalam mewujudkan tri dharma perguruan tinggi. Sebagai mahasiswa juga harus bisa menjadi bagian dari masyarakat baik itu dalam kampus juga luar kampus. Mahasiswa memang seharusnya memprioritaskan dirinya untuk fokus ke bidang akademik untuk kelangsungan pendidikan karena tujuan utamanya di kampus adalah menempuh pendidikan. Di samping itu, mereka juga membutuhkan hard skill dan soft skill agar mudah terjun di masyarakat.
“Mahasiswa itu sangat kompleks, ya idealnya sih keduanya bisa seimbang. Boleh giat di organisasi cuman yang jadi prioritas tetap belajar di kampus,” ujar Deece dengan tegas. Ia juga menjelaskan bahwa Kemenristekdikti menerapkan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) di beberapa perguruan tinggi. SKPI sendiri adalah surat yang berisikan informasi tentang pencapaian akademik yang telah dikeluarkan oleh perguruan tinggi, berisi informasi tentang pencapaian akademik ataupun kualifikasi dari lulusan pendidikan tinggi. Deece merasa tidak ada lagi alasan untuk mahasiswa acuh soal akademik. Saat akan terjun ke dunia kerja, jutaan pesaing berlomba-lomba mendapatkan kelayakan dengan berprestasi di bidang akademik di bangku perkuliahan.