Suasana acara peringatan empat tahun Tamansari Melawan yang dilaksanakan di samping masjid Al-Islam Tamansari kota Bandung, hari Sabtu (19/6/2021). Acara tersebut dilaksanakan sebagai momen peringatan warga Tamansari RW 11 yang kawasannya telah tergusur oleh pembangunan rumah deret. (Foto: Muhammad Rifqi Rosyaddin/Job)
Suaramahasiswa.info, Bandung – Puluhan orang berkumpul di bawah rintik sisa hujan, juga masih di dalam kondisi wabah menyedihkan. Mereka bersama-sama merayakan peringatan, sekalipun bukan peringatan kemenangan. Tepat empat tahun lalu, bayangan suram penggusuran mulai menghantui penduduk rukun warga 11 Tamansari Bandung.
Peringatan tersebut dilaksanakan pada hari Sabtu (19/6) hingga Minggu (20/6). Dan dengan keadaan pandemi seperti ini, tentunya acara dilaksanakan dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan.
Berbagai hal yang ikut menghiasi acara cukup menenangkan hati di tengah ketegangan konflik yang terjadi. Beberapa agenda seperti penampilan musik dan pameran karya dapat menghibur pengunjung. Selain itu, lapakan kolektif dan sablon donasi dapat menjadi pilihan pengunjung yang ingin berbelanja sekaligus berdonasi.
Ditemui oleh Suara Mahasiswa seorang wanita bernama Eva Eryani yang merupakan salah satu warga yang terdampak penggusuran. Dengan semangat menuntut haknya, ia juga aktif dalam forum kolektif Tamansari Melawan. “sebagai peringatan bahwa tanggal 20 Juni 2017 itu pertama kalinya warga mengenal apa yang Namanya sosialisasi rumah deret di RW 11” ucapnya ramah menjelaskan tujuan peringatan ini.
Menurutnya, pada saat itu Wali Kota Bandung pernah melakukan sosialisasi kepada warga terkait pembangunan rumah deret. Tetapi setelah itu informasi tentang rumah deret tidak pernah didapatkan warga secara jelas, baik tentang bentuk dan tata kelola rumah deret, hingga nasib warga yang bertempat di RW 11.
Hingga sekarang, masih ada beberapa warga yang bertahan pada pendirian untuk memperjuangkan haknya. Berbagai pihak pun ikut membantu dalam semangat kolektivitas. Eva juga menambahkan, harapan setelah acara ini selesai tuntutan kepada pemerintah untuk menjalankan good governance harus terus dilakukan.
Seorang pengunjung yang kami temui dalam acara ini, Agung Mulyana bercerita tentang alasannya mengikuti acara peringatan ini. Menurutnya, ia merasa terpanggil nuraninya untuk mengikuti acara ini. “Intinya sih saya merasa terpanggil untuk datang kesini,” ungkap Agung sambil menghembuskan asap rokoknya.
Agung mengaku sudah mengikuti isu Tamansari ini sejak lama, dan tetap memantau informasi terbaru melalui media sosial. Ia berharap jika pemerintah dapat memberikan alternatif dan solusi yang dapat diterima oleh warga terdampak.
Demikian adanya peringatan ini bukan semata-mata hanya untuk merawat ingatan saja. Melainkan juga untuk menjaga bara semangat perlawan terhadap pembangunan yang merugikan suatu pihak.
Reporter: Khaira Faiq/Job
Penulis: Tsabit Aqdam Fidzikrillah/Job
Editor: Ifsani Ehsan Fachrezi