Oleh Syifa Khoirunnisa
Satu langkah njlungup, langkah selanjutnya jungkel.
Malam itu, penulis makan di tempat yang cukup jauh lokasinya. Memang pada dasarnya suka jalan kaki, maka penulis dengan senang hati berjalan sekitar 800 meter untuk membeli makanan. Namun, tak berlangsung lama perjalanan itu menjadi tidak menyenangkan karena trotoar yang digunakan sangat tidak nyaman.
Mulai dari harus berjalan zig-zag, agak mepet sedikit ke selokan, sampai harus melangkah lebar untuk menghindari lubang. Meski sudah sering dilewati, penulis tidak pernah bisa terbiasa dengan itu. Bukan hanya di tempat penulis tinggal, namun terjadi di banyak tempat di Indonesia. Tak heran masyarakat Indonesia banyak yang malas berjalan kaki.
Bahkan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengungkapkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang paling malas jalan kaki. Tertulis, masyarakat indonesia rata-rata hanya aktif berjalan sebanyak 3513 langkah saja.
Hal ini juga berpengaruh pada tingkat obesitas masyarakat Indonesia. Para peneliti menemukan adanya hubungan antara kurangnya berjalan kaki dengan taraf obesitas di suatu negara. Dalam hal ini, Indonesia dinyatakan menempati peringkat ke-17 sebagai negara dengan penduduk yang mengalami obesitas terbanyak di dunia.
Lektor Kepala Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Bandung, Ernawati Hendrakusumah, menyatakan kepada Kompas.com bahwa orang Indonesia malas berjalan kaki akibat kurangnya infrastruktur yang memadai. Katanya, belum semua jalan di Indonesia menyediakan infrastruktur bagi pejalan kaki.
Menurut Penulis, benar kiranya karena di sana-sini bahu jalan malah dipenuhi oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) dan kendaraan. Ditambah, tidak semua bahu jalan mulus untuk dilewati karena banyaknya jalan yang rusak.
Setiap jalan pun tidak semua memiliki bahu jalan jadi banyak pejalan kaki yang terpaksa harus berjalan di badan jalan raya. Ini menambah alasan masyarakat untuk tidak berjalan kaki dan memakai kendaraan pribadi.
Kalau sudah begini sepertinya bukan cuman masyarakat Indonesia malas berjalan kaki, namun juga pemerintah Indonesia yang tidak mengakomodasi. Orang Indonesia, apalagi yang tinggal di kota-kota besar, sudah tahu kalau Indonesia ini fakir bahu jalan.
Hal ini terlihat dari hasil survei Most Liveable City Index (MLCI) pada 2017 yang dirilis oleh Ikatan Ahli Perencanaan (IAP). Mereka mencatat, hanya sekitar 10 persen trotoar di Jakarta yang layak pakai. Bayangkan, jika ibukota saja belum bisa memenuhi hak pejalan kaki, bagaimana dengan kota lainnya.
Bukan hanya di situ, berjalan kaki pun–apalagi bagi perempuan–menjadi hal yang menyebalkan karena tak jarang harus menerima siulan dan bentuk pelecehan lainnya. Baik ketika dalam keadaan gelap atau terang, pakai baju tertutup atau terbuka, catcalling sulit untuk dihindari.
Sudah lah manusia tambah banyak, kendaraan tambah banyak, infrastruktur jelek, catcalling dimana-mana. Jelas, jalan kaki bukan opsi yang manusiawi lagi. Mau diperbaiki, tapi memperbaiki yang mana dulu, antara nyuruh orang jalan kaki dulu atau benerin infrastruktur dulu?
Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Hukum dan Pengurus Suara Mahasiswa