
Ilustrasi seseorang yang menyadari dirinya tengah bermimpi buruk dan berusaha melawan rasa takutnya. (Ilustrasi: Muhammad Irfan/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba- Jika mendengar kata mimpi, pasti yang tergambar di benak kita adalah seseorang yang tertidur pulas. “Dia sudah tidak sadar, mimpinya pasti sudah sampai Amerika nih!” Begitu olokan yang terlontar dari seseorang yang melihat orang lain tertidur pulas. Namun siapa sangka, ternyata ada kondisi dimana seseorang bermimpi dengan sadar dan bahkan bisa mengendalikan mimpi mereka. Kondisi seperti ini disebut dengan lucid dream.
Lucid dream adalah keadaan dimana seseorang sedang bermimpi namun disisi lain ia sadar bahwa ia sedang bermimpi. Ketika mengalami lucid dream, seseorang akan merasa seolah-olah melihat kejadian tertentu yang bahkan belum pernah dialami.
Sering dijumpai, beberapa orang dalam mimpi tersebut berhalusinasi melihat sosok menyeramkan atau bahkan bertemu dengan orang yang telah meninggal. Keseraman mimpi itu kemudian menjadi buah bibir keesokan harinya, karena itulah mimpi buruk justru sering kali dikaitkan dengan hal-hal yang mistis.
Padahal ada penelitian ilmiah yang dapat menjelaskan fenomena tersebut. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Keith Hearne. Dalam jurnalnya ia membuktikan bahwa fenomena lucid dream justru berhubungan erat dengan prefrontal cortex dalam otak.
Katanya, pada saat tertidur seseorang bisa mengalami beberapa fase, salah satunya fase Rapid Eye Movement (REM). Dalam fase tersebut seseorang berada dalam keadaan tidur nyenyak, namun gelombang otak masih aktif bekerja sehingga mereka berada di antara fase tertidur dan terjaga.
Ia menjelaskan jika kondisi ini tidak berbahaya, justru memiliki berbagai manfaat bagi psikologis. Dilansir dari laman WebMd, lucid dream memiliki beberapa manfaat, diantaranya dapat mengurangi kecemasan, meningkatkan keterampilan motorik, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, hingga meningkatkan kreativitas.
Tidak hanya itu, lucid dream juga dianggap dapat menyembuhkan berbagai macam gangguan mental. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. Densholm Aspy, spesialis lucid dream dari University of Adelaide, menjelaskan lucid dream bisa dijadikan sebagai metode terapi untuk mengendalikan mimpi buruk bagi pengidap gangguan mental, seperti Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan nightmares disorder.
Penelitian tersebut pun disepakati oleh para ahli yang menyebutkan dengan memanipulasi mimpi dapat menghubungkan seluruh saraf yang ada di dalam otak dan bisa membantu seseorang mengembangkan analisa dari mimpinya tersebut. Oleh karena itu, lucid dream dianggap menjadi metode terapi yang efisien untuk menyembuhkan gangguan mental.
Selain menyembuhkan trauma, terapi melalui metode lucid dream juga bisa digunakan sebagai cara untuk melawan rasa takut bagi penderita fobia. Dalam kasus ini, prosesnya akan menuntut seseorang untuk melawan fobia yang dimilikinya.
Hanya saja lucid dream tidak terjadi dengan sendirinya sesuai dengan kehendak seseorang. Spoormarker dan van den Bout dalam penelitiannya menjelaskan cara menggunakan lucid dream sebagai metode terapi adalah dengan memiliki keyakinan atas pengendalian mimpi.
Pasien harus yakin bahwa setiap diri manusia dapat mengendalikan dan mengembangkan mimpinya sendiri. Selain itu, pasien juga dapat menggunakan metode menulis dan membaca untuk membayangkan hal-hal yang ada di dalam otak.
Dilihat dari penjelasan di atas, ternyata mimpi buruk tidak selamanya dianggap buruk. Hal tersebut justru dapat menjadi salah satu medium penyembuhan diri. Hanya saja, meskipun lucid dream bisa direncanakan, keberhasilan metode penyembuhan ini tetap berasal dari keyakinan diri yang kuat. Jadi, sobat kampus ada yang mau coba mengendalikan mimpi?
Penulis: Sekar Kumala Suci
Editor: Melani Sri Intan