Pertunjukan teatrikal yang dilakukan oleh beberapa massa unjuk rasa saat gelar aksi tolak Undang-undang (UU) Cipta Kerja (Ciptaker) berlangsung di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat (Jabar), Jalan Diponegoro No. 27, Bandung pada Senin (10/04). (Foto: Sophia Latamaniskha/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba- Massa aksi yang mengatasnamakan Gerakan Bersama Rakyat Jawa Barat (Gebrak Jabar) menggelar demonstrasi penolakan atas Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2023 Cipta Kerja. Unjuk rasa ini dilakukan pada Senin, (10/4) di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat Jalan Diponegoro No. 27 dan diikuti oleh 23 elemen termasuk mahasiswa, buruh, dan petani.
Salah satu Koordinator Lapangan (Korlap), Dimas Putra Yapanto mengatakan tuntutan aksi kali ini yaitu mencabut UU No 6 Tahun 2023 Cipta Kerja. Menuntut DPRD Jawa Barat untuk menolak secara keras UU tersebut tanpa terkecuali, serta meminta Presiden dan DPR RI (Republik Indonesia) untuk menghentikan praktik otoritarian yang anti rakyat dan anti-demokrasi. “Utamanya kita menuntut pencabutan UU Cipta kerja yang telah disahkan oleh DPR RI.” ujarnya saat diwawancarai pada Senin, (10/4).
Kemudian Korlap lainnya, Haikal Febriansyah menyatakan bahwa unjuk rasa kali ini merupakan skema awal dari semua elemen Gebrak untuk meminta Ketua DPRD Jabar agar menyatakan penolakan UU Ciptaker. Namun Ia juga mengatakan, setelah pengunjuk rasa melakukan lobbying agar pihak DPRD keluar menemui massa hingga aksi ini berakhir tidak ada respon dari pihak terkait.
Setelah peristiwa ini, pengunjuk rasa berencana akan kembali melakukan aksi dengan membawa massa yang lebih banyak. Namun, masih belum ada waktu yang pasti terkait pelaksanaan aksi lanjutan tersebut. “Akan dikonsolidasikan lagi dan akan terus ada aksi dengan gelombang massa yang lebih besar.” jelas Haikal.
Di sisi lain, salah satu pengurus Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), Siti Eni berharap akan ada sebuah aksi yang lebih besar lagi dan berkelanjutan, tidak hanya satu kali ini saja. “Kita harus maksimal kalau mau cabut Perppu Ciptaker, tidak hanya dengan gerakan seperti ini, supaya rezim yang berkuasa saat ini sadar bahwa penggerak roda ekonomi itu bukanlah pemodal tetapi buruh dan masyarakat lainnya.”
Salah satu peserta massa aksi dari mahasiswa Fakultas Dakwah Universitas Islam Bandung (Unisba) angkatan 2022, Syarief Hidayatullah menilai bahwa unjuk rasa ini kurang kondusif karena menurutnya tujuan aksi kali ini tidak terwujud. Selain itu, ia berharap momentum seperti ini dapat berjalan seperti yang seharusnya. “Harapan untuk aksi selanjutnya agar berjalan dengan semestinya dan juga kita harus mengedepankan kemanusiaan.”
Selain Syarief, peserta aksi dari Universitas Pasundan (Unpas), Irsan Hardiansyah mengungkapkan bahwa aksi kali ini kurang konsisten. “Menurut saya untuk aksi hari ini kurang konsisten ya, digertak sedikit oleh aparat langsung pada mundur.” Di samping itu, ia berharap agar adanya gerakan kolektif yang sangat masif dengan narasi yang sama dan juga bisa menimbulkan instabilitas politik serta tujuannya untuk merubah kebijakan.
Reporter: Syifa Khairunnisa dan Nabil Fadhilah/SM
Penulis: Syifa Khairunnisa/SM
Editor : Muhammad Irfan/SM