Ilustrasi seorang pengidap fetish sedang memikirkan seorang wanita menggunakan mukena. (Fais Azhar Djohari/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba- Seks merupakan suatu hal yang tabu dan sensitif di kalangan masyarakat Indonesia, sebab rasa canggung dan takut dimarahi untuk bertanya tentang seksualitas sudah tertanam sejak kecil. Hal ini menjadi penyebab minimnya pengetahuan tentang seksualitas dan kerap menghalangi upaya sosialisasi pendidikan seks di Indonesia.
Dengan minimnya pengetahuan seks justru menjadi masalah baru bagi Indonesia. Masalah-masalah yang timbul seperti meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan, penularan human immunodeficiency virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), pelecehan seksual, bahkan timbulnya misinterpretasi terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam ranah seksual.
Belakangan istilah fetish sedang ramai diperbincangkan oleh masyarakat. Apa lagi setelah ramai kasus pelecehan seksual “Gilang Bungkus” di tahun 2020 yang berkedok riset akademik. Gilang dengan fetish kain jariknya membuat ricuh media sosial saat itu.
Ditambah baru-baru ini, tersebar curhatan seorang korban fetish berkedok online shop mukena di twitter. Seorang model katalog mukena ini membuat thread di akun @jeehantz dan menceritakan pengalaman fotonya yang dijadikan bahan pemuas seksual oleh akun pengidap fetish. Korban mengaku ditipu dengan tawaran menjadi model mukena pada saat itu.
Sebenarnya, maraknya kasus fetish ini tampak masih banyak orang yang ambigu dengan pengertian antara fetish dan fantasi. Terkadang sebagian orang menganggap fetish dan fantasi itu sama saja. Adanya misinterpretasi terhadap suatu istilah tersebut bisa berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat.
Fetish dan fantasi seksual itu sebenarnya berbeda. Dokter ahli kesehatan seksual, Boyke Dian Nugraha menjelaskan bahwa fetisisme atau fetish merupakan salah satu jenis penyimpangan seksual yang dikenal dengan paraphilia atau keterangsangan seseorang terhadap objek-objek yang tidak biasa, seperti sepatu, celana dalam, atau benda mati lainnya.
Pada umumnya fetish lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita. Beberapa ahli mengatakan penyebab terjadinya fetish terhadap pria diakibatkan oleh rasa ragu akan potensi, takut akan penolakan dan hinaan dari orang lain. Hal tersebut menyebabkan pengidap memiliki dorongan untuk melindungi dirinya dari perasaan tidak mampu dan penolakan akan suatu hal.
Sedangkan fantasi seksual, menurut Agoes Dariyo pada jurnal psikologi berjudul “Memahami Fantasi Seksual Dalam Konteks Hubungan Kelamin Manusia” merupakan aktivitas yang disengaja maupun tak sengaja dari seseorang untuk menghadirkan suatu khayalan dalam berhubungan seksual. Fantasi seksual biasanya terjadi ketika seseorang sedang melakukan aktivitas seksual.
Pada dasarnya fetish dan fantasi seksual merupakan suatu hal yang normal dalam diri manusia. Namun fetish akan menjadi masalah jika pengidap tidak mampu mengontrol diri kemudian mengganggu norma yang ada. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui perbedaan keduanya, sebab dengan mengetahui perbedaannya dapat membuka mata kita untuk lebih mawas diri dan dapat mencegah terjadinya pelecehan seksual.
Penulis: Putri Mutia Rahman
Editor: Sophia Latamaniskha