
Ilustrasi Ahmad Sadali Bersama Karya Seninya. (Ilustrasi: Sausan Mumtaz Sabila/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba- Ahmad Sadali, salah satu nama yang mungkin tidak asing lagi bagi sivitas akademika Universitas Islam Bandung (Unisba). Nama ini digunakan sebagai salah satu gedung yang ada di kampus utama Unisba tepatnya Jl. Tamansari 1, Kota Bandung. Oleh karena gedung ini dikelilingi banyak kaca, masyarakat Unisba kerap menyebutnya gedung Akuarium.
Jika dikaitkan nama gedung tersebut dengan riwayat hidupnya, Ahmad Sadali ternyata menjadi salah satu pendiri Unisba berdasarkan akta notaris pendiri Unisba atau yang sebelumnya bernama Perguruan Islam Tinggi (PIT) pada tahun 1958. Selain itu, Ahmad Sadali juga dikenal sebagai salah satu pelopor seniman abstrak modern di Indonesia.
Pria yang lahir di Garut 100 tahun lalu ini, tepatnya pada 24 Juli 1924 tumbuh dalam lingkungan keluarga yang menggemari batik serta seni cetak-mencetak. Menginjak dewasa, Sadali melanjutkan sekolah dengan berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) Fakultas Guru Gambar pada 1948 yang sekarang dikenal dengan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD).
Selama menjadi mahasiswa, Sadali dididik oleh Ries Mulder bahkan menjadi murid pertamanya. Riels Mulder sendiri adalah seorang dosen serta pelukis asal Belanda yang ikut mendirikan FSRD ITB. Setelah menyelesaikan kuliahnya di ITB, Sadali diangkat menjadi dosen dan guru besar ITB serta memutuskan untuk melanjutkan studinya di New York, Amerika Serikat menggunakan beasiswa.
Sepulang dari Amerika, Sadali terus mengembangkan bakat dan gagasannya dalam melukis. Ia adalah seniman yang memulai kiprahnya dari seni abstrak geometris, kemudian karyanya cenderung berbentuk abstrak dengan kaligrafi Islam, warna redup, dan tekstur yang khas.
Selain melalui kanvas, Sadali juga berkarya dalam berbagai kanvas seperti sketsa, patung, grafik, interior, dan mural. Ia juga pernah melukis berbagai karya monumental seperti lukisan dinding di gedung Majelis Perwakilan Rakyat (MPR)/Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Hotel Hilton, Jakarta, dan supergrafik di Taman Rekreasi Pusri, Palembang.
Hingga kini, Sadali sudah mengikuti banyak pameran baik secara tunggal maupun bersama seperti Pameran Cipta Galeri (1972/1976), Sebelas Seniman Bandung (1966), Pameran Seni Rupa Mahasiswa di Amerika Serikat (1951), dan Indonesian Art Exhibition di New Delhi, India, Hanoi, Vietnam (1957). Koleksi karya Ahmad Sadali dapat disaksikan secara langsung di Galeri Nasional Singapura dan Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.
Pada 19 September 1987, Ahmad Sadali menghembuskan nafas terakhirnya di Bandung. Pada akhir hayatnya, ia diamanahkan menjadi Ketua Umum Yayasan Pembina Masjid Salman ITB.
Penulis: Adelia Nanda Maulana/SM
Editor: Syifa Khoirunnisa/SM