
Ilustrasi Tritura sebagai jembatan menuju Orba. (Ilustrasi: Indiana Farid Tandia/Job)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Gerakan Mahasiswa dan rakyat dalam aksi demonstrasi telah membawa banyak perubahan bagi negara Indonesia. Dari banyaknya demonstrasi yang dilakukan, ada beberapa aksi yang tercatat dalam sejarah seperti Trisakti (1998), Malari (1974) dan salah satu aksi demonstrasi yang mengubah sejarah bangsa adalah Tritura atau Tiga Tuntutan Rakyat yang terjadi pada 10 Januari 1966.
Tritura yang diperingati setiap tanggal 10 januari merupakan salah satu aksi demonstrasi terbesar di Indonesia dan menjadi titik awal terjadinya pergantian Orde Lama ke Orde Baru. Aksi tersebut berasal dari sekumpulan mahasiswa yang ingin menyuarakan keresahan masyarakat terhadap rezim Soekarno.
Ada tiga tuntutan yang disuarakan oleh mahasiswa dan rakyat kala itu. Pertama, bubarkan PKI, kedua bubarkan Kabinet Dwikora, ketiga turunkan harga pokok.
Dalam masa jabatannya, Soekarno menuai beberapa kontroversi hingga menyulut aksi mahasiswa dan rakyat pada 10-13 Januari 1966. Massa aksi yang terlibat dalam tragedi ini diikuti oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Wanita Indonesia (KAWI), kesatuan aksi guru indonesia (KAGI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI) dan masih banyak yang lainnya.
Aksi yang berlangsung selama tiga hari ini menuntut Soekarno agar sesegera mungkin menangani tiga tuntutan yang disuarakan oleh mahasiswa dan rakyat. Namun Soekarno dan para M enteri yang tergabung dalam kabinet Dwikora tidak mendengarkan tuntutan tersebut karena merasa hanya akan membuat indonesia menjadi negara kapitalis.
Perjuangan mahasiswa dan rakyat dalam Tritura memicu aksi lainnya yang membuat massa aksi terus menggiring tuntutan sampai Soekarno merespon pada 21 Februari 1966. Soekarno menyambut Tritura dengan merombak susunan dalam kabinet pemerintahan, namun ia tetap membiarkan kader PKI menjabat di pemerintahan.
Hal ini tentunya menimbulkan kegeraman di pihak rakyat dan mahasiswa sehingga mereka kembali melakukan aksi pada 24 Februari 1966. Aksi tersebut diwarnai oleh jatuhnya korban jiwa, Arif Rahman Hakim seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI). Ia tewas ditembak oleh anggota Polisi Militer Kodam Jaya yang bertugas di Garnisun Jakarta. Esoknya KAMI dibubarkan sebagai bentuk konsekuensi atas kerusuhan itu.
Imbas dari kejadian tersebut, mahasiswa, rakyat dan TNI kembali melakukan demonstrasi besar-besaran di depan Istana Negara untuk mendesak soekarno turun dari jabatannya. Saat itu Soeharto menitipkan pesan kepada Mayjen Yusuf, Mayjen Basuki dan Mayjen Amir Mahmud untuk disampaikan kepada Soekarno, “Sampaikan kepada presiden bahwa saya sanggup mengatasi keadaan”.
Aksi yang diperjuangkan selama berbulan-bulan oleh para demonstran membuat Soekarno terpaksa mengeluarkan surat perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) dengan memberikan tugas dan wewenang kepada Soeharto. Tidak lama setelah itu Soeharto naik menjadi Presiden Republik Indonesia (RI) kedua.
Pada akhirnya demonstrasi yang diperjuangkan oleh mahasiswa dan rakyat dalam melawan orde lama, dikenal sebagai Hari Tritura. Namun di sisi lain Tritura seakan menjadi titik awal mulanya era kepemimpinan Soeharto atau yang akrab dikenal sebagai Orde Baru (Orba).
Penulis: Indiana Farid Tandia/Job
Editor: Muhammad Irfan/SM