Suaramahasiswa.info, Unisba–Kucing, sekarang di mana-mana memang banyak kucing. Hewan berkaki empat dengan bulu yang lebat ini sering dijadikan hewan peliharaan karena memiliki paras yang lucu dan menggemaskan.
Di Kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) sendiri, selangkah-dua langkah pasti ditemukan kucing. Sebagian orang senang dengan keberadaan hewan berbulu ini, tak jarang terlihat pemandangan mahasiswa yang bermain dengan kucing hingga memberinya makan. Sebagian lainnya, tidak menyukai kucing dengan berbagai alasan.
Jika dihitung-hitung, ada sekitar 24 kucing yang tersebar di beberapa gedung Unisba. Berbeda dengan kucing peliharaan yang bersih dan diberi tanda kepemilikan, kucing yang ada di Unisba kebanyakan merupakan kucing liar yang hanya mendapat makanan dari belas kasihan para dermawan kampus.
Tak dilatih untuk membuang kotoran dengan rapi, bukan kejutan lagi bagi penghuni kampus mendapati kotoran ataupun urine kucing di mana saja. Hal ini pun menjadi tugas tambahan para petugas kebersihan untuk membersihkan “ulah” si kucing.
Apalagi kucing memiliki produktivitas tinggi yaitu tiap kelahirannya bisa 1-6 ekor dengan jeda menyusui dua bulan saja lalu kucing dapat birahi kembali. Tak heran populasi nya kian membludak. Kucing liar yang tak terawat berpotensi menyebarkan penyakit ke manusia hingga mengganggu keseimbangan ekosistem.
Sama dengan Unisba, banyak juga kucing yang berkeliaran di Institut Teknologi Bandung (ITB). Walaupun belum ada tindakan yang signifikan dilakukan ITB namun dengan bantuan beberapa pihak, mereka telah mengatur pengendalian populasi kucing di lingkungan kampus dengan metode Trap, Neuter, and Return (TNR).
Metode TNR ini merupakan strategi pengendalian kucing dengan tiga langkah yaitu menangkap, mensterilkan, dan mengembalikan kucing ke tempat asalnya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi populasi kucing dan mencegah bertambahnya kelahiran kucing yang baru.
Metode itu pun dilakukan oleh salah satu kampus di Florida, Amerika Serikat, mereka berhasil mengurangi jumlah kucing secara signifikan di sekitar kampus. TNR ini adalah metode yang paling efektif dalam mengurangi populasi kucing.
Di sisi lain, Universitas Padjadjaran (Unpad) juga melakukan teknik sterilisasi dengan kastrasi terbuka satu insisi dan autoligasi. Teknik ini dianggap mudah dan efisien sehingga penyembuhan kucing akan lebih cepat.
Pengendalian hewan liar, termasuk kucing, juga sempat dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung. Mereka menggelar sterilisasi gratis bagi kucing peliharaan maupun kucing liar. Selain itu, DKPP juga menyediakan vaksin rabies gratis bagi kucing dan anjing.
Kesejahteraan kucing seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah, otoritas lokal, dan pemilik kucing peliharaan. Selain itu, hal ini merupakan tanggung jawab dari mereka yang hidup berdampingan dengan kelompok dan kucing jalanan.
Penulis: Linda Puji Yanti/SM
Editor: Syifa Khoirunnisa/SM