Ada yang tahu lagu sebuah band lawas legendaris Chaseiro dengan judul ‘Pemuda’? Tembang ini sudah begitu usang, seusang sumpah pemuda 87 tahun yang lalu, namun satu yang menjanjikan: masih menyimpan sebuah harapan akan sebuah romantisme perjuangan.
*****
Nyaris lupa bahwa hari kemarin adalah 28 Oktober, pemuda Indonesia di masa lampau bersama-sama memperjuangkan kemerdekaan. Keberagaman suku budaya hingga idealisme serta perbedaan kultur, tak lantas menjadi penghalang. Meskipun memang sempat. 28 Oktober 1928, Jong Java, Jong celebes, Jong Sumatranen bond, dan organisasi kepemudaan dari Sabang sampai Merauke resmi menjadi satu di Bumi Pertiwi ini.
Kebanggaan akan tanah air, kebersamaan juga gotong royong masih menggema saat itu hingga Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Berlandaskan semboyan ‘bhinneka tunggal ika’, kesatuan dalam keberagaman pun terwujud nyata.
Kadar kebersamaan itu sejatinya mulai menipis di hari ini, tuntutan untuk hidup realistis dan mandiri, seolah menjadi pemecah belah nilai-nilai gotong royong. Individualis menjadi suatu sikap yang dirasa ‘pantas’ dimiliki pemuda. Berjuang sendirian, berpikir sendirian, mengambil sikap sendirian, maka terang saja hasilnya nol besar.
Idealisme, ya, idealisme. Memang benar adalah harta terakhir yang harus dimiliki oleh pemuda. Namun apa artinya apabila idealisme itu tidak bisa ditularkan pada. Sesama pemuda lainnya? Adakah arti idealisme yang hanya dimiliki sendiri? Dipikirkan dan dilakukan sendirian?
Tidak ada hal besar yang dilakukan sendirian. Karena hal hebat adalah hal yang dilakukan bersama-sama. Soekarno dalam quotesnya yang terkenal tidak meminta satu pemuda saja kan? Tapi sepuluh pemuda. Sepuluh pemuda untuk mengguncang dunia. Coba bayangkan jika pemuda itu jumlahnya seratus, seribu, jutaan?
Selaraskan langkah kita, satukan pikiran. Sudah bukan zamannya bergerak masing-masing, dan terkungkung di kandang sendiri. Keluar, dan lihatlah sekeliling. Rangkul temanmu dan wujudkan kebersamaan. Keraguan bisa jadi keyakinan saat kita melangkah bersama. Bukankah sekecil apapun keberhasilan kita hari ini, tetap ada andil orang lain di dalamnya?
Mari sama-sama menolak kemalasan, menolak ketakutan, ketidakperdulian, mari mulai untuk melakukan kebaikan bagi diri sendiri, lingkungan, dan negeri ini.
Apapun bentuk perjuanganmu, silahkan. Bagaimana caranya, terserah. Tapi yang pasti, hasil jerih payahnya, suka dukanya, tetaplah mengakar dan kembali ke Tanah Indonesia. Bermimpilah setinggi langit, tapi jangan lupa kembali ke bumi. Yakinlah, kebersamaan tidak selalu indah. Tapi akan menjadi suatu kenangan hebat, dan senyuman manis di masa depan.
Dan yang tersenyum bukan hanya kamu, tapi kita bersama.
“A dream you dream alone is only dream. A dream you dream together, is reality”
*********
Sambil mematut diri di cermin, saya mendendangkan sebait lagu Pemuda.
“Pemuda, kemana langkahmu menuju// apa yang membuat engkau ragu// tujuan sejati menunggumu sudah// tetaplah pada pendirian semula…” (Faza/SM)