Suaramahasiswa.info, Unisba- Gula, salah satu bahan tambahan yang tidak asing di meja makan orang Indonesia. Namun, di balik rasanya yang manis, gula terbukti menjadi dalang dalam peningkatan kasus diabetes dan obesitas di Indonesia.
Kekhawatiran semakin bertambah ketika kini melihat para remaja banyak yang menjalani cuci darah. Terbiasa mengonsumsi makanan dan minuman kemasan yang mengandung gula buatan memicu naiknya tingkat pengidap gagal ginjal pada usia muda.
Mengonsumsi makanan dan minuman manis sudah menjadi budaya bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Rasa manisnya yang enak dan harga murah membuat banyak kalangan terutama anak muda tertarik untuk menambahkannya dalam minuman atau makanan favoritnya.
Begitupun dengan Universitas Islam Bandung (Unisba) yang memberikan fasilitas Vending Machine berisi 36 jenis dan terdiri dari 15 makanan serta 21 minuman. Minuman berpemanis dalam kemasan di Vending Machine Unisba memiliki kadar gula yang perlu diperhatikan lebih sebelum membeli.
Berdasarkan laporan dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), produksi gula global mencapai 177,27 juta metrik ton pada 2022/2023. Sementara untuk konsumsi gula global mencapai 176,007 juta metrik ton pada periode yang sama. Indonesia menduduki posisi ke-6 pengonsumsi gula terbanyak tingkat global saat itu.
Di sisi lain, usia penderita diabetes menjadi semakin muda karena pola hidup yang tidak sehat. Berbeda dengan dulu, penyakit ini dianggap sebagai penyakit kakek-nenek. Kini, diabetes menjangkiti usia muda, 40 tahunan, bahkan juga di bawah 40 tahun.
Adapun, World Health Organization (WHO) memberi batasan tentang konsumsi gula yang tepat supaya tubuh senantiasa sehat dan terhindar dari penyakit kronis. Asupan gula yang diperbolehkan yaitu 5% dari kebutuhan kalori harian.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia menganjurkan batas konsumsi gula per-hari adalah 50 gram atau setara dengan empat sendok makan. Hal ini dianjurkan untuk mengurangi risiko penyakit seperti diabetes, obesitas, dan masalah kesehatan lainnya yang berkaitan dengan konsumsi gula berlebih.
Mengonsumsi gula berlebih dapat memicu insulin menjadi resisten. Hal ini dikarenakan metabolisme tidak mampu berubah menjadi energi yang memicu terjadinya peningkatan kadar gula dalam darah.
Selanjutnya, timbul resistensi leptin yang menyebabkan tidak adanya rasa kenyang. Leptin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel lemak untuk meregulasi penimbunan lemak di tubuh dan menyesuaikan antara rasa lapar dengan pengeluaran energi, sehingga terjadinya kenaikan berat badan yang tidak terkontrol.
Tidak hanya mengakibatkan diabetes namun juga mengonsumsi gula berlebih dapat memengaruhi kesehatan otak. Walaupun organ tersebut memang membutuhkan gula sebagai bahan bakarnya.
Bahkan kata ahli dari Charite Medical Centre, Jerman, gula darah berlebih akibat konsumsi gula berlebih bisa membahayakan struktur serta fungsi otak. Dalam artian kemampuan otak untuk mengingat akan terganggu.
Untuk menghindari hal tersebut, pemerintah mengupayakan pembatasan gula dengan menetapkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2017. Dalam instruksi ini tertulis, pentingnya peningkatan aktivitas fisik, peningkatan perilaku hidup sehat, penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi, peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit, peningkatan kualitas lingkungan, dan peningkatan edukasi hidup sehat.
Selain itu, dimulai dari tahun 2024, pemerintah juga akan menetapkan cukai pada Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK). Penetapan cukai ini dinilai dapat efektif dalam menurunkan konsumsi gula pada masyarakat serta dapat menghemat anggaran penyakit akibat konsumsi gula yang berlebih.
Meskipun gula menjadi favorit di berbagai kalangan, jika dikonsumsi berlebih maka dapat memberi dampak negatif bagi tubuh. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk lebih sadar akan mengatur asupan gula setiap harinya.
Penulis: Alfira Putri Marcheliana Idris/SM
Editor: Muhammad Fikri Fadillah/SM