Suaramahasiswa.info, Unisba- Warga Dago Elos menggelar aksi kampanye yang bertajuk “Dago Masih Melawan: 1 Tahun Tragedi 14.08 Dago (Brutalitas Kepolisian)” di Terminal Dago dan Balai Rukun Warga (RW) Dago Elos pada Rabu, (14/8). Aksi ini untuk memperingati tragedi bentrok antara aparat kepolisian dengan Warga Dago Elos pada Senin, (14/8/2023).
“Kita bakal memberi peringatan juga sama pihak kepolisian bahkan sampe sekarang kita tuh enggak dikasih kejelasan atas apa yang udah mereka lakukan tahun kemarin,” ucap Dea, salah satu Warga Dago Elos saat diwawancarai pada (14/8).
Ia pun menuturkan kronologi tragedi yang terjadi kala itu. Penolakan pelaporan dugaan penipuan dokumen kepemilikan tanah Dago Elos membuat Warga Dago Elos kecewa hingga memblokade ruas jalan Dago.
Lalu situasi kaos terjadi saat aparat kepolisian datang dengan senjata lengkapnya ke tempat aksi unjuk rasa saat itu. Mereka melakukan penyerangan dan menembakan gas air mata dari arah utara. Hal itu membuat para warga semakin naik darah pasalnya dalam massa tersebut juga tak sedikit orang yang sudah lanjut usia dan anak-anak terkena gas air mata.
Selain itu, aparat kepolisian juga menerobos masuk ke gang pemukiman warga dan menggedor-gedor rumah warga, serta merusak motor hingga memecahkan kaca rumah warga. Tragedi tersebut berpengaruh materil dan immateril pada Warga Dago Elos.
“Banyak juga warga-warga yang jadi enggak mau keluar rumah bahkan walaupun sudah terang karena takutnya apa apa yang terjadi kan enggak ada yang tahu, karena kemarin pun tiba tiba gitu,” terangnya.
Maka, untuk menolak lupa, Warga Dago Elos menggelar aksi dengan beberapa rangkaian acara. Dimulai dengan adanya aksi kampanye pada sore hari hingga menjelang magrib. Lalu dilanjutkan doa bersama dan disambung dengan pemasangan lilin. Selanjutnya diadakan pemutaran film mengenai tragedi Dago Elos yang dikumpulkan dari rekaman para warga dan ditutup oleh penampilan musik dari kawan solidaritas.
Aksi ini turut dihadiri oleh berbagai masyarakat dari berbagai elemen. Mulai dari mahasiswa, masyarakat sekitar, hingga para jurnalis dari berbagai media.
Dea berharap dengan diadakannya aksi ini dapat memantik semangat baru untuk warga Dago Elos dalam melawan perampasan tanah yang terjadi. Selain itu, untuk membangun kesadaran kepada masyarakat bahwa demi mendapatkan keadilan maka kita harus berjuang.
Warga Dago Elos lainnya, Een yang mengaku sudah menetap di Dago Elos selama tiga puluh tahun ungkap dirinya masih memperjuangkan hak tinggalnya. Ia juga mengatakan bahwa Tragedi 14.08 Dago membuat gerobak miliknya rusak akibat kebengisan para aparat kepolisian.
Een berharap dengan adanya aksi ini dapat memberikan semangat untuk tetap mempertahankan tempat tinggalnya. “Saya sih pengennya tetap tinggal di sini (Dago Elos –Red) dan enggak mau pergi,” ujarnya pada Rabu, (14/8).
Sementara itu, Naufal Taqi, salah satu anggota Front Mahasiswa Nasional (FMN UPI) pun menyatakan alasan ia mengikuti aksi ini sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Dago Elos. Ia pun mengharapkan agar Warga Dago Elos dapat terus konsisten memperjuangkan perampasan tanah dan hak tinggal warga.
Selain itu menurut Naufal bahwa rezim pemerintahan sekarang tidak berpihak pada rakyat namun pada kapitalis birokrat. “Rezim sekarang tuh emang tidak pro pada rakyat, malah pro pada kapitalis birokrat sedangkan rakyat kecil tuh kaya dibiarkan saja dan rakyat kecil itu hanya menanggung deritanya,” ujarnya pada (14/8).
Reporter: Nabil Fadilah & Nabila Khairunnisa Gunawan/SM
Penulis: Sausan Mumtaz Sabila/SM
Editor: Syifa Khoirunnisa/SM