
Oleh : M. Ghafur Fadillah
Wahai senja aku lelah dengan semua hiruk pikuk duniawi yang membutakan
Sedikit kilauan selalu menjadi alasan untuk pelengkap resahnya kehidupan
Wahai sang senja pelepas lelah, setelah membiaskan semua harapan yang membangkitkan
Aku menyadari seringkali mendewakan godaan nafas, godaan nafsu
Cahaya Itu semua seakan mudah terucap, sulit menyatakan
Wahai sang senja Mungkin hati ini lupa, siapa engkau wahai sang pemberi kehidupan
Menyangkal, Berlindung di balik ketidakyakinan, di balik bayangan
Wahai sang senja Aku ini apa, apa aku tak meyakini apapun
Dan membiarkan nya kosong, hampa, dan tak bertujuan
Wahai sang senja hal itu seringkali menyinggung batin, menyinggung akal
Aku takut, aku sadari ketakutan itu sang terasa, namun aku kehilangan
Wahai sang senja yang aku pikirkan hanya lubang galian dengan kedalaman 2 meter
Apa yang kau lihat di dalam mataku, apakah terlihat sedikit cahaya
Wahai sang senja yang tetap membuat sisi imajiner ku tetap hadir
Mengapa hal-hal yang tak bernyawa selalu lebih meyakinkan
wahai sang senja yang hadiri setiap hari hanya untuk melakukan hal yang sama
perasaan ini selalu datang, hadir, lalu hilang entah kemana
wahai sang senja yang telah datang, biarkanlah biasan oranye ini menyentuh hati ini
kehangatan ini, keindahan ini, ketakjuban ini, seakan pernah kurasakan dulu, dulu sekali.