Situasi kericuhan di hari kedua pemungutan suara pemira yang tertangkap rekaman kamera pengaman pada Kamis (16/02). (Ilustrasi: Muhammad Irfan/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba– Peristiwa kericuhan di hari kedua Pemungutan Suara Pemilihan Presiden Mahasiswa (Presma) dan Wakil Presma pada Kamis (16/02) merupakan buntut dari cekcok Antara Tim Sukses (Timses) Pasangan Calon (Paslon) 02 dengan pihak mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Cekcok yang berlangsung di Tangga Batu (Tangbat) mulai memanas sekitar pukul 20.30 WIB.
Perdebatan tersebut berawal dari rumor penculikan Ketua BEM FEB, Doni Subagja yang beredar di grup Whatsapp internal mahasiswa FEB. Narasi penculikan ini berasal dari dua mahasiswa FEB sebagai reaksi atas pertemuan Doni dengan Timses Paslon 02, Ivan daffa dan ketiga orang temannya sebelum debat dialogis hari pertama pada Jumat (10/02) selesai.
Suara Mahasiswa mencoba menemui beberapa saksi untuk menjelaskan kronologi lebih rinci, salah satunya Ketua Timses paslon 02, Ridha Arsy. Ia menjelaskan, pihaknya mendapatkan kabar tersebut ketika proses pemungutan suara masih berlangsung. Kemudian sekitar pukul 4 sore ia bersama dengan Capresma 02, Yusuf Muizzu Algifahri dan Ketua BEM Dakwah, Mucti Dzulfahmi Ardiansyah mendatangi Doni yang berada di depan Akuarium untuk konfirmasi terkait rumor penculikan tersebut.
Saat ditanyai, Doni mengatakan jika ia merasa terintimidasi oleh perlakuan Ivan kala itu. Akhirnya Doni menawarkan membuka forum setelah perhitungan suara selesai yang kemudian disepakati oleh Ridha dan kawan-kawan. Dalam forum terbuka tersebut Timses paslon 02 bersikukuh tidak setuju dengan diksi penculikan Doni. Perdebatan pun menjadi alot
“Waktu itu, Ivan memang menegur Doni di jalan, kemudian mencoba konfirmasi tentang pertanyaan Doni soal Pekan Olahraga Mahasiswa (POM) di debat dialogis. Nah itu awal mulanya, sampai akhirnya mereka (FEB) mengatakan bahwa ini adalah bentuk reaksioner pengurus IKBM,” tuturnya.
Saat berhasil diwawancarai pada Selasa (21/02) Ivan mengaku memang bertemu dengan Doni dua kali di hari yang sama. Pertama, pasca Doni bertanya di forum debat dialogis sekitar pukul 6 sore. Kedua, secara tidak sengaja saat nonton bareng Persib di samping gedung Student Center (SC) bakda magrib bersama Calon Wakil Presiden Mahasiswa (Cawapres), Virgi Fathurrahman.
Sore itu ketika Doni meninggalkan forum sebelum debat dialogis selesai. Ia dan ketiga temannya berinisiatif mengikuti langkah Doni untuk mengajak berbincang lebih lanjut terkait masalah POM sambil ngopi bersama. Doni pun menyetujui ajakannya saat itu.
“Saya di situ nggak kenal kalo dia tuh ketua BEM FEB. Saya kira dia mahasiswa Unisba aja, tapi karena menurut saya pertanyaan bagus jadi harus kita suarakan. Maksudnya harus kita kaji, dan berhubung Doni menanyakan POM ya mau bagaimana pun tahu sendiri lah Cawapres 02 ini mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) BEMU makannya menarik menurut saya,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Timses paslon 01, Adhitya Yudha mengatakan jika pihak FEB tersebut bukan termasuk dalam struktur organisasi Timses melainkan hanya sebagai simpatisan. Dirinya menambahkan jika isu yang dibahas pihak FEB merupakan ranah internalnya dan yang bermasalah adalah orang yang menyebarkannya keluar.
Suara Mahasiswa mencoba menghubungi Doni sejak Minggu (19/02) kemudian menemuinya pada Selasa (21/02) untuk ditanyai kronologi kejadian tersebut. Namun ia menolak diwawancarai. Ia mengatakan jika ia perlu mempertimbangkan keputusan untuk mengeluarkan pernyataan kepada Suara Mahasiswa.
Berdasarkan hasil pantauan Suara Mahasiswa, forum terbuka yang terjadi di Tangga Batu berlangsung tegang dan alot sejak pukul 21.30 hingga 22.30 WIB. Akhirnya muncul kesepakatan jika forum akan dipindahkan di Sekretariat Dewan Amanat Mahasiswa Unisba (DAMU) secara tertutup.
Forum dihadiri oleh pihak Timses paslon 02 diwakili oleh Ridho Arsy dan Ivan, dua orang pihak FEB, mediator oleh Muhammad Zakaria dari Kemahasiswaan, Ketua DAMU Fattah Aulia Rahman dan Ketua Komisi C Aqiel Harahap. Forum tertutup ini berlangsung dua jam dari sekitar pukul 22.00 hingga 00.00 WIB dan berakhir dengan kesepakatan membuat klarifikasi di grup internal terduga pelaku.
Ridho mengatakan jika semua masalah di Sekretariat DAMU sudah sepenuhnya selesai. Namun, ketika rombongan masing-masing paslon keluar bersamaan, terjadi percikan di area Akuarium. Menurutnya, gesekan itu berasal dari masalah internal salah satu pihak 01 kepada salah satu pihak 02, hal ini menyebabkan keributan di dalam suasana yang sedang panas.
Di sisi lain, Adhitya justru mengatakan jika permasalahan yang ada di Sekretariat DAMU sudah selesai sepenuhnya selesai, hanya saja muncul provokasi dari pihak 02. Menurutnya provokasi ini menyebabkan terjadinya keributan.
Berdasarkan hasil pantauan Suara Mahasiswa malam itu memang terjadi beberapa keributan di beberapa titik dengan waktu yang berbeda. Di antaranya pada area Akuarium, area depan ATM, dan area sekitar Pos Satpam. Muncul beberapa narasi pada keributan malam itu salah satunya indikasi kecurangan dalam Pemira. Massa dari pihak 02 merasa adanya tindak kecurangan dan ingin paslon 01 didiskualifikasi.
Setelah terjadi beberapa keributan Fattah dan Aqiel kembali ke dalam sekretariat DAMU untuk mengurung diri untuk mengamankan diri. Tidak lama kemudian ia bersedia keluar karena adanya jaminan keamanan yang ditawarkan oleh Satpam dan dua orang yang diduga berasal dari organisasi masyarakat (ormas).
Salah satu anggota Satpam yang bertugas menjaga area Akuarium, Ucu Jaelani mengatakan jika dirinya menyaksikan ada beberapa orang yang menggedor-gedor Sekretariat DAMU untuk meminta mereka keluar. “Bapak posisi di Akuarium jaga panitia, ada mahasiswa bertiga bilangnya mau ke toilet. Dia posisinya di luar Akuarium. Nah sama bapak diikuti, nggak tahunya ditelpon sama temannya, dia bilang ada orang di DAMU. Nah disusul ke DAMU ketahuan orangnya ngumpet, nah terus digedor-gedor.” ujarnya.
Selang beberapa waktu, Fattah beserta Aqiel keluar dari Sekretariat DAMU dengan dikawal oleh dua orang terduga ormas dan dua anggota Satpam. Sesampainya di luar, mereka mengadakan forum terbuka di area luar Akuarium untuk membahas rumor indikasi kecurangan yang diributkan.
Forum yang bertempat di luar Akuarium tersebut dipenuhi oleh banyak elemen. Beberapa diantaranya yaitu pihak penyelenggara, masing-masing Timses beserta simpatisan, ormas, hingga beberapa anggota polisi dan tentara pun datang atas keributan yang ada.
Ucu menjelaskan jika terdapat sekitar 12 anggota Kepolisian yang menyebar di area dalam dan luar kampus. Sementara itu, anggota tentara berkisar 6 orang yang menyebar di dalam kampus.
Dalam forum terbuka itu masing-masing Ketua Timses memberikan keterangan beberapa indikasi kecurangan dan menyampaikan tuntutan-tuntutan. Ridho menjelaskan saat itu ia mengeluarkan semua bukti indikasi kecurangan dalam forum. Ia meminta Fattah harus segera mengeluarkan keputusan sanksi malam itu juga.
Dalam posisi desakan malam itu, Fattah mengatakan ia tidak bisa mengeluarkan keputusan mengatasnamakan DAMU tanpa mengadakan rapat dengan seluruh anggota DAMU berdasarkan Peraturan Dasar Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT) Keluarga Besar Mahasiswa Unisba (KBMU) Pasal 18 ayat (2). Sebab malam itu anggota DAMU yang hadir hanya dirinya dan Aqiel. Akhirnya forum yang berlangsung sekitar tiga jam dari pukul 01.00-03.00 WIB dini hari itu menghasilkan keputusan penundaan Pemira.
Forum berakhir dengan keputusan bahwa Pemira dihentikan sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Selain itu permasalahan indikasi tindak kecurangan akan dibawa dengan jalur mediasi bersama dengan Wakil Rektor (Warek) III, Amrullah Hayatudin.
Ucu mengatakan jika ketika semua masalah telah beres, sempat terjadi kericuhan terakhir yang tidak diketahui apa penyebabnya. “Nah bapak kan misahin orang yg berantem itu bapak ketonjok udah jatuh keinjek-injek tapi alhamdulillah sih,” ungkapnya.
Reporter: Muhammad Irfan, Farhan Anfasa Hidayat, Zakiy Ahmad Mahardika, Muhammad Adnan Firdaus, Tsabit Aqdam Fidzikrillah, Melani Sri Intan, & Sophia Latamaniskha/SM
Penulis: Tsabit Aqdam Fidzikrillah/SM
Editor: Sophia Latamaniskha/SM