
Antrian mahasiswa di depan kasir Kantin Barokah Unisba, Jalan Tamansari No. 1, Kota Bandung pada Selasa (17/9/2019). (Verticallya Yuri/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Setelah tiga bulan lebih melakukan pembenahan Kantek, akhirnya pada Senin (16/9) resmi dibuka kembali. Pembenahan yang dilakukan pada Kantek ternyata tidak hanya terkait tata ruangnya saja. Selain namanya yang berubah menjadi Kantin Barokah, dalam sistem pembayarannya pun kini menerapkan sistem baru.
Dalam sistem pembayaran dulu, pembeli tinggal memesan dan membayar langsung secara tunai pada penjual. Sedangkan pada sistem pembayaran sekarang, hal itu tidak bisa lagi dilakukan. Salah seorang kasir Kania Sukmawati menjelaskan mengenai alur pada sistem pemesanan dan pembayaran yang baru. Hal pertama harus dilakukan saat ingin membeli makan atau minum adalah melakukan pemesanan pada pegawai berseragam hitam-biru yang siap siaga di seluruh area kantin.
“Kalau sudah pesan nanti dikasih bon, bayar ke kasir sambil bawa bon. Nanti bon putih dipegang, sedangkan merah di bawa oleh waiters untuk kemudian menyampaikan pesanan pada pedagang. Sedangkan yang warna kuning disimpan di sini, ujarnya sambil meladeni pembeli di Kantin Barokah pada Selasa (17/9).
Sejak diberlakukannya sistem baru tersebut, tak jarang terlihat antrian di depan kasir. Bahkan pedagang mengeluhkan terkadang mahasiswa yang ingin membeli memilih tidak jadi ketika mengetahui alur pembelian yang baru. Seperti yang diceritakan oleh salah satu pedagang, Elis Sumiati yang merasa pusing dan kesulitan juga dengan sistem baru ini,
“Enakan dulu, sistem begini tuh [bikin] pusing ke pedagang, Kalau dulu ‘kan langsung transaksi sama penjualnya. Ditambah saya ini sampai harus ganti dagangan karena nggak boleh jual menu yang sama, jadi kurang laku.“ cerita Elis sambil menitikan air mata.
Elis menambahkan jika pihak rektorat akan menerapkan sistem pembayaran berbasis aplikasi. Namun, hingga saat ini aplikasi tersebut belum dimasifkan, baru dipegang oleh para pedagang Kantin Barokah. Ia menambahkan jika para pedagang pun belum mempersiapkan info dagangan ke dalam aplikasi tersebut.
Keluhan pun tak hanya datang dari pedagang, sebagai konsumen utama para mahasiswa juga ada yang mengeluhkan sistem yang terasa rumit. Seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom), Tasya Irvanti yang menyebut meski secara tata ruang lebih nyaman karena pencahayaan dan lebih bersih, akan tetapi sistem pembayaran baru dirasa tidak efektif. Mahasiswa Fikom 2018 itu menyarankan jika sistem pembayaran lebih baik jika seperti di foodcourt mall yang mana pemesanan langsung dilakukan ke tiap penjual.
Kemudian Tasya menyesalkan jumlah waiters yang sedikit membuat mereka terlihat kewalahan. Pasalnya selain melayani pesanan, mereka juga harus menjelaskan sistem baru kepada para mahasiswa berulang-ulang. Terkait hal itu, ia kembali menyarankan untuk memasang skema atau tata cara yang cukup besar dan nantinya ditempel dekat pintu masuk. Sehingga memudahkan yang baru datang untuk mengerti sistem pembayaran barunya.
Reporter: Eriza Reziana
Penulis: Verticallya Yuri
Editor: Puteri Redha Patria