
Oleh : Wildan Aulia
Kemana para pemuda ? harapan-harapan penerus bangsa yang kian apatis terhadap suasana sekitarnya. Bukan sekedar hanya makan-minum-bekerja, seperti robot. Kalian masih mempunyai perbedaan dengan hewan, yaitu akal. Sudahkah kalian menggunakan akal kalian sedikit saja, sudah kah ? Dulu bapak proklamator kita pernah berbicara lantang “beri aku sepuluh pemuda dan aku akan mengubah dunia“ . Dia gamblang mendukung pemikiran-pemikiran pemuda yang terus haus akan perbaikan-perbaikan. Tapi sekarang, jika bapak proklamotor kita masih ada, mungkin satu hal yang akan di tanyakan, “kemana para pemudaku ?”
Pemuda yang sekarang di repersentasikan sebagai mahasiswa sudah lama tak menegur. Terakhir, angakatan 98 lah yang lantang menegur para penguasa dengan hasil lengsernya diktator Soeharto. Dimulai dengan mimbar-mimbar bebas dari para mahasiswa trisakti untuk mengkritiki sang penguasa, dan dilanjutkan dengan berdemokrasi secara damai. Puncaknya, pada tanggal 12 mei 1998 aparat keamanan menembak mati empat mahasiswa trisakti yang sedang berdemonstrasi secara damai. Dari situ keadaan mulai memanas, selang sehari mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bogor, Tanggerang, dan bekasi datang ke kampus trisakti untuk menyatakan duka cita dan konsolidasi untuk demonstrasi besar-besaran.
Sekarang? dinamika ekonomi Indonesia kian terasa, harga yang tidak stabil, subsidi makin dicekik, rupiah tak lagi segagah Garuda, partai politik yang seharusnya banyak memunculkan perubahan pun kini terpecah belah, sibuk dengan berbagai tandingan dalam satu partainya, sibuk mengurusi perut buncitnya. Tapi, tak tampak ada gerakan mahasiswa bahkan sekedar mengkritik atau mengingatkan pemimpin bangsa. Entah apa yang terjadi, mahasiwa secara umum masuk zona nyaman yang berdampak tak peduli dengan teriakan sekitar. Suara kritik dan mengingatkan tak lagi lantang, ini bukan hanya soal demostrasi jalanan !
Suara mahasiswa yang sejatinya menjadi salah satu harapan kini lesu senyap tak terdengar. Sedih, tapi kenyataanya memang begitu. Ada apa dengan mahasiswa ? apakah sudah nyaman dengan geduh kuliah yang megah ? dengan jas almamater yang bagus ? kini mahasiswa lebih bangga duduk manis di acara Talkshow dengan sekedar tepuk tangan dan jas almamater yang tampak perlente dalam sorotan televisi. Atau hanya itu saja aktulasisasi idealisme muda saat ini ?
Mahasiswa di kampus ini pun sama saja, berlaga paling gagah membahas konsepsi organisasi tanpa sadar konsep dasar aktivisme mahasiswa, kalau ketika jadi mahasiswa saja tak peduli. Bagaimana nanti setelah selesai kuiah? mau jadi mahluk individualis yang semua diatur oleh robot? Entah kenapa mahasiswa sekarang udah merasa keren dengan hanya sekedar mengkaji peraturan dalam organisasi. Curiga saya mahasiswa udah lebih birokratis ari birokrasi kita dan sekaranng sudah mati, mati dalam empatinya.