Ilustarasi: Mantan? (Dokumentasi SM)
Suatu hari, seorang gadis bernama Ani membaca buku yang ditulis oleh Emha Ainun Najib, dengan judul: “Markesot Bertutur Lagi”. Di dalam buku tersebut, tertulis sebuah paragraf yang membuatnya merenung sekaligus menohok jantung, “Kelihatannya saja orang berkumpul, berteman dan berkeluarga. Tapi senantiasa orang bertempat tinggal dalam dirinya sendiri, punya ‘kesibukan hati’ yang sendiri dan diam-diam-sehingga pepatah mengatakan ‘dalamnya laut bisa diukur, hati orang siapa yang tahu’. “
Pernyataan tersebut langsung membuatnya mengingat wajah Usep, kekasih hatinya, yang nun jauh di sana. Lelaki pujaannya ini belakangan jarang memberi kabar, bertemu, dan merindukan Ani. Hal itu membuat wanita paruh baya ini berpikiran negatif bin kemana-mana. ‘Apakah Usep ada main dengan mantannya?’, ‘Apakah Usep pulang ke kampung dan bertemu mantannya yang kembang desa itu?’ Ah. Membayangkannya saja membuat Ani 5L: Lemah, letih, lesu, lunglai, dan lulungu.
*****
Perkara ‘mantan’ adalah hal yang lumayan tabu dalam hubungan. Terkadang, seorang wanita atau pria tidak begitu mengenal sosok yang mendampingi kekasih mereka saat ini. Namun, selalu ada rasa sensi dibarengi gelisah yang muncul ketika salah satu pihak membawa-bawa orang di masa lalunya itu. Tak jarang masalah ini berujung pahit; kandasnya suatu hubungan.
Apa sih yang membuat perasaan-perasaan sensi seperti ini muncul pada diri kita? Apakah hal seperti ini wajar? Lantas, bagaimana cara kita berdamai dengan perasaan tersebut?
Untuk mengetahuinya, penulis melakukan survei mendalam terhadap beberapa narasumber. Berikut ini beberapa alasannya.
1. “Putus dengan tidak baik” (Mochammad Taufik, 21 thn, Akuntansi Universitas Widyatama)
Seringkali berakhirnya suatu hubungan dengan cara yang tidak enak. Hal ini membuat seseorang merasa sakit bukan kepalang. Saat hendak memulai suatu hubungan baru, kita mencoba terbuka dan menceritakannya pada pacar baru. Namun hal tersebut justru malah sering membuat pacar baru, jadi sensirif terhadap mantan pacar.
2. “Takut balikan lagi” (Nadya Nike Mawarni, 21 thn, teknik informatika Stmik Amik Bandung)
Rasa sayang yang mendalam adalah modal utama berhubungan dengan seseorang. Apa yang terjadi jika perasaan tersebut hanya terjadi secara sepihak saja? Cinta yang kandas. *sekut gaan*. Bagaimanapun, seseorang pernah menyangi seseorang di masa lalunya. Lagi-lagi, saat memulai hubungan baru dengan orang baru, ketakutan akan hal ini muncul dari pihak pasangan. Apalagi kalau mantannya pacar adalah Nabilah JKT 48 atau Vino G Bastian.
3. “Terlalu banyak kenangan” (Dewi Novitasari, 21 thn, Kesekretariatan ASMTB, Bandung)
Ah. Alasan yang ini tentu saja akan lebih mellow kalau kita sambil denger lagu Slank-Terlalu Manis. *nangis di pojokan*. Tentu saja banyak kenangan indah sampai pahit yang kita lalui bersama mantan, jadi pastinya akan ada slek internal apabila kekasih kita sekarang kurang bisa menerima itu. Begitupun sebaliknya.
Ketiga alasan tersebut diamini oleh seorang psikolog asal Bandung yang kini tengah berkarir di Pusat Penilaian Kompetensi BPSDM Hukum dan HAM Jakarta, Dewi Mardjaman (42). Ia menuturkan, perasaan-perasaan seperti itu wajar sekali terjadi dalam sebuah hubungan. ” Kalau secara psikologis, cemburu muncul karena ada rasa tidak nyaman dan kecemasan dalam diri. Cemburu sama mantan pacarnya pacar biasanya karena cemas kalau pacar akan kembali lagi sama sang mantan , cemas kalo sang mantan ternyata lebih menarik dari dia, karena bagaimanapun pacar kita pernah punya masa lalu dengan orang lain.”
Saat ditanya bagaimana cara berdamai dengan perasaan janggal tersebut, Mbak Wiwi -begitu ia akrab disapa- mengirim emotikon ‘ :)’ (Baca: Senyum) sambil menuliskan, “Keterbukaan, komunikasi yang baik dengan pasangan dan saling menerima adalah modal utama. Selain itu, yakin dan percaya dari diri sendiri bahwa kita yang terbaik untuknya saat ini hehehe.”
Jadi mulai sekarang, kurang-kurangin lah mendengar lagu ‘Mantan Terindah’ bareng doi. Ngapain juga kan? (Faza/SM)