Ilustrasi almamater yang selalu melekat kepada seorang mahasiswa layaknya seorang ibu yang mendidik. (Ilustrasi: Ayu Mulyawati/Job)
Suaramahasiswa.info, Unisba– Sebagai sebutan untuk asal institusi pendidikan, almamater biasanya akan terus melekat meski seseorang telah menyelesaikan masa studinya. Selain itu, kata almamater memiliki makna yang cukup dalam bagi kaum terdidik.
Secara bahasa, almamater berasal dari dua kata, yaitu ‘alma’ yang artinya guru atau pengasuh, sedang ‘mater’ berarti ibu. Dengan kata lain, almamater disebut juga sebagai ibu pengasuh.
Konon, istilah tersebut diambil dari kebiasaan para orang tua di Eropa saat membawa anak-anaknya mengunjungi tempat-tempat orang-orang bijak. Di sana, mereka menyerahkan anak-anaknya untuk dididik oleh orang-orang tersebut.
Dalam perkembangannya, tempat atau konsep tersebut dinamakan In Loco Parentis. Mengutip Jurnal berjudul The Curious of In Loco Parentis at American Universities karya Philip Lee, disebut jika lembaga tersebut secara legal menggantikan orang tua, di mana seorang pengasuh mengambil alih semua atau sebagian tanggung jawab orang tua.
Kembali ke almamater, pada tahun 1088, kata tersebut kemudian dipakai pertama kali oleh Universitas Bologna, Italia, yang merupakan universitas tertua di Eropa. Setelah itu, banyak Universitas lain yang mengikutinya, seperti Alma Mater Lipsiensis di Jerman, Alma Mater Jagiellonica di Polandia, dan University of Cambridge di Inggris.
Hingga saat ini, istilah almamater semakin lekat dalam institusi pendidikan, khususnya perguruan tinggi. Sebagai sebuah lembaga yang mendidik seseorang, istilah almamater dalam kampus diibaratkan seperti seorang Ibu yang mendidik anak-anaknya untuk mempersiapkan masa depannya.
Dalam perspektif gender, seorang Ibu erat kaitannya dengan sosok yang mendidik anak-anaknya. Dalam jurnal yang ditulis oleh Husliana dan Shania berjudul “Peran Penting Ibu bagi Anak dan Keluarga dalam Perspektif Gender”, dijelaskan jika seorang Ibu merupakan tempat dan guru bagi anak untuk menerima pelajaran pertamanya.
Meski belum tentu menguasai pedagogi, seorang Ibu dapat memberikan pendidikan dengan contoh teladan, baik bagi hal-hal yang bersifat positif maupun negatif. Kepribadian yang ada pada diri seseorang saat dewasa adalah hasil didikan seorang Ibu, mulai dari kepribadian hingga kecerdasan.
Berdasarkan hal itu pula, almamater akan terus melekat kepada seorang yang telah menyelesaikan pendidikan di suatu perguruan tinggi. Layaknya ibu yang mendidik, almamater tidak akan pernah bisa dilupakan dan selalu mengikat secara moral.
Penulis: Ayu Mulyawati/Job
Editor: Melani Sri Intan/SM