Ilustrasi Smart Water Station rusak dan Vending Machine yang membuat sampah bertambah. Hal ini memberikan kontradiksi dengan upaya Unisba menjadi kampus hijau. (Ilustrasi: Vanyssa Mutya Anggraeni/Job)
Suaramahasiswa.info, Unisba– Universitas Islam Bandung (Unisba) merupakan universitas yang memiliki tiga kampus dengan lokasi berbeda. Menurut Chairul Fitrah dan Bambang Pranggono dalam tulisannya, tiap lokasi kampus mempunyai permasalahan lingkungan yang berbeda. Kampus satu lah yang memiliki masalah kompleks, seperti pengelolaan air bersih dan sampah. Unisba pun, sebagaimana tercantum di botol minumnya, ingin mewujudkan konsep kampus hijau yang ramah lingkungan.
Dikutip dari kompas.com, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Ditjen Dikti Kemendikbud Ristek) menerangkan bahwa konsep kampus hijau merupakan penerapan dari efisiensi energi rendah emisi, konservasi sumber daya, dan meningkatkan kualitas lingkungan. Hal ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan kampus untuk atasi pemanasan bumi.
Adapun, acara yang sering mempublikasikan peringkat tahunan kampus hijau internasional dilaksanakan oleh Universitas Indonesia (UI), yaitu UI GreenMetric World University Rankings. Program ini menilai kelayakan berdasarkan komitmen dan tindakan universitas terhadap penghijauan dan keberlanjutan lingkungan.
UI GreenMetric World University Rankings pun menetapkan beberapa kriteria untuk kampus dapat dikatakan sebagai kampus hijau. Di antaranya yaitu penataan dan infrastruktur, energi dan perubahan iklim, air, sampah, transportasi, pendidikan dan penelitian, keterlibatan, dan jangkauan masyarakat.
Kampus Hijau sendiri mulai digaungkan pada akhir tahun 90-an serta marak diimplementasikan pada tahun 2000-an, ketika universitas mulai memprioritaskan kelestarian lingkungan dalam operasi dan kurikulumnya. Konsep kampus hijau pertama kali dipopulerkan oleh Association for the Advancement of Sustainability in Higher Education (AASHE) di Amerika serikat.
Cara Unisba sendiri untuk mewujudkan kampus hijau adalah dengan memberi botol minum stainless kepada setiap mahasiswanya. Tak hanya itu, disediakan pula Smart water Station di beberapa sudut kampus Unisba guna memasok air minum siap konsumsi.
Smart water station ini dapat diakses dengan sebuah alat berisikan chip yang diberikan bersamaan dengan botol minumnya ketika masuk sebagai mahasiswa baru. Mesin ini dapat ditemui setiap gedung Kampus Utama, Gedung Pasca Sarjana, Gedung Fakultas MIPA, dan Gedung Fakultas Kedokteran.
Namun, kini beberapa Smart Water Station dalam kondisi rusak, seperti mesin yang bisa mengeluarkan air walau tanpa chip, atau mesin yang sama sekali tidak mengeluarkan air. Kendala tersebut tentu sedikit menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas alat tersebut.
Selain air yang siap konsumsi, Unisba juga memfasilitasi Vending Machine untuk makanan ringan hingga minuman seduh seperti kopi. Tak sedikit mesin penjual otomatis ini diisi oleh produk-produk dengan kemasan berbahan plastik.
Pengadaan Vending Machine ini kontradiktif dengan upaya penghijauan kampus melalui mesin Smart Water Station. Penggunaan kemasan plastik, khususnya yang berukuran kecil, dapat meningkatkan pembuangan plastik sebagai sampah. Daya tahan plastik yang tinggi ditambah kesadaran mahasiswa untuk menjaga lingkungan yang rendah dapat meningkatkan risiko kerusakan lingkungan.
Sudah menjadi hal awam, limbah plastik merusak lingkungan karena dapat menimbulkan pencemaran baik di air, tanah, maupun udara. Diperparah dengan status Indonesia sebagai penyumbang sampah terbesar kedua di dunia. Banyaknya sampah yang belum terurai dapat menyebabkan bencana, seperti banjir, penyakit, hingga rusaknya estetika lingkungan.
Sesuai dengan arahan Ditjen Dikti Kemendikbud Ristek, kampus diharapkan menjadi agen perubahan yang berperan dalam menciptakan tempat nyaman, bersih, hijau, indah dan sehat bagi sekitarnya. Dalam hal ini, tentunya bukan hanya perguruan tinggi yang bertanggung jawab tetapi juga seluruh sivitas akademika di kampus.
Penulis: Vanyssa Mutya Anggraeni/Job
Editor: Syifa Khoirunnisa/SM