Suaramahasiswa.info, Unisba—Guru di Indonesia, terutama yang bertugas di daerah terpencil, dan para guru honorer masih jauh dari kata sejahtera. Mereka sering mengalami masalah gaji yang rendah dan penundaan pembayaran gaji selama berbulan-bulan.
Seperti yang terjadi pada Wilfridus Kado, guru honorer di Ende, yang tidak menerima gaji selama tujuh bulan lamanya. Kasus tersebut hanya contoh kecil dari wajah ketidaksejahteraan guru di Indonesia.
Padahal, kesejahteraan guru menjadi hal yang berpengaruh terhadap kualitas pendidikan di suatu negara. Mereka dituntut menyampaikan pengajaran dengan efektif sembari dihadapkan dengan masalah kebutuhan hidup sehari-hari.
Tak jarang ada beberapa guru yang melakukan pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jika hal itu terus terjadi, konsentrasi para guru dalam mengajar akan terganggu. Dapat dipastikan hal tersebut akan berdampak buruk pada siswa-siswanya.
Dari hal tersebut, dapat dipastikan bahwa tingkat kesejahteraan guru yang rendah akan berdampak buruk bagi kualitas pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, semua pihak yang terlibat termasuk pemerintah mesti menyadari pentingnya menjaga kesejahteraan para guru.
Upah layak adalah penghargaan bagi kontribusi mereka dalam mencerdaskan bangsa. Hal tersebut dapat jadi motivasi guru untuk memberikan yang terbaik dalam kegiatan pedagogik.
Meski sudah ada upaya dari pemerintah seperti pengadaan Tunjangan Profesi Guru (TPG), upaya lain masih dibutuhkan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi guru secara keseluruhan. Kedudukan guru honorer pun masih dipandang rendah dari pada yang lain.
Dari pembahasan di muka, dapat dipastikan bahwa kesejahteraan merupakan hal penting bagi seorang guru. Untuk mempertahankan guru yang memiliki kualitas baik, hendaknya diberikan kesejahteraan yang baik pula. Oleh karena itu perlu adanya perhatian lebih dari pemerintah terhadap kesejahteraan guru—terutama honorer—sehingga kualitas pendidikan pun dapat terus meningkat.
Penulis: Muhammad Nurjana/SM
Editor: Muhammad Fikri Fadilah/SM