Suaramahasiswa.info, Unisba–
buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota
bersatu padu rebut demokrasi
gegap gempita dalam satu suara
demi tugas suci yang mulia
…
Lirik di atas berasal dari lagu berjudul “Buruh Tani” yang diciptakan pada tahun 90-an oleh Safi’i Kemamang dengan judul “Pembebasan”. Lagu yang kemudian menjadi simbol perjuangan dan solidaritas untuk demokrasi dan keadilan sosial di Indonesia ini pun kerap dinyanyikan oleh mahasiswa dan buruh dalam aksi demonstrasi-nya.
Aksi demonstrasi yang gencar digelar menunjukan aktivisme buruh di Indonesia semakin kuat untuk mengukuhkan hak-hak vitalnya dengan berbagai cara. Di sisi lain, mahasiswa yang mengiringi perjuangan tersebut menunjukkan persinggungan antara keduanya.
Kondisi buruh masih berlarut-larut dalam masalahnya, terutama terkait ketentuan pengupahan yang kian tidak berpihak pada buruh. Sebagai calon buruh, tentunya para mahasiswa harus berjuang dari sekarang supaya menjadi buruh atau pekerja yang paham akan kepentingannya.
Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Ulya (Pipin) Jamson dari Politic and Government (polgov) Research dalam diskusi May Day di ruang seminar FISIPOL Universitas Gadjah Mada (UGM) bahwa 99% para mahasiswa akan menjadi pekerja atau buruh. Maka dari itu, Pipin mengharuskan para mahasiswa untuk turut serta merasakan ketidakadilan yang sedang dirasakan oleh para buruh.
Sementara itu, seorang mahasiswa tentunya tidak hanya berkegiatan di kampus saja, melainkan memiliki peran juga di tengah masyarakat. Selain sebagai pengontrol sosial dengan menyikapi setiap kebijakan pemerintah secara kritis, pengabdian kepada masyarakat juga disebutkan dalam tri dharma perguruan tinggi.
Seperti yang telah diketahui bahwa tri dharma tersebut merupakan tanggung jawab setiap elemen perguruan tinggi termasuk mahasiswa. Maka, mahasiswa dapat terjun ke lapangan secara langsung untuk membantu masyarakat atasi kesulitannya.
Di lain sisi, menurut Ariel Heryanto dalam buku karya Arie Wahyu Prananta, Sejarah Kelas Menengah, menjelaskan bahwa mahasiswa termasuk ke dalam kelas menengah. Dalam hal ini, sosok kelas menengah dianggap menjadi angin segar bagi demokrasi, terutama saat awal Orde Baru.
Dalam akhir tulisannya, Arie Wahyu menyimpulkan bahwa di ranah demokrasi, kelas menengah harus menjadi kelas yang tidak mandiri. Hal tersebut karena idealnya, gerakan sosial kelas menengah adalah mereka yang berpihak pada kepentingan rakyat banyak serta tidak bergantung atas pemfasilitasan pemerintah.
Diperkuat oleh pidato Ernest Mandel dalam acara Majelis Internasional Gerakan Mahasiswa Revolusioner yang memberikan pengetahuan mengenai pentingnya gerakan mahasiswa untuk bersatu dengan perjuangan rakyat. Ia mengungkapkan, salah satu alasan harus bergeraknya mahasiswa adalah semakin jarang tenaga kerja dari kalangan intelektual.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa, perjuangan mahasiswa dan para buruh bukan hanya pada aksi demonstrasi saja. Melainkan dapat dilakukan dengan berbagai cara lainnya. Karena sejatinya, kemerdekaan para pekerja merupakan kemerdekaan bangsa ini.
Penulis: Alfira Putri Marcheliana Idris/SM
Editor: Syifa Khoirunnisa/SM