Mendekati lebaran ada ‘kebiasaan’ yang tidak bisa ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia, yaitu mudik. Tradisi tahunan untuk bertemu sanak keluarga di kampung halaman ini rutin dilakukan menjelang idul fitri. Khusus untuk pulau Jawa, musim mudik seakan menjadi cara efektik bertransmigrasi untuk meratakan jumlah penduduk dari ibu kota ke sejumlah daerah.
Mode transportasi untuk mudik sungguh beragam, bisa menggunakan jalur darat, udara, dan laut. Namun, melihat letak geografis pulau Jawa yang masih bisa dilalui melalui jalur darat, serta harga jalur ini yang terbilang ‘murah’, masyarakat luas cenderung menggunakan daratan untuk pergi ke kampung halaman. Beragam transportasi yang ada tentu bermacam pula permasalahannya, mulai dari kemacetan, keamamanan hingga ketidaknyamanan, seakan menjadi sesuatu yang melekat dengan transportasi Indonesia.
Segala perbaikan di bidang transportasi terus dilakukan pemerintah dulu sampai sekarang, pun dengan pemerintahan saat ini, era Jokowi-JK. Selain menggemborkan revolusi mentalnya, mereka pun gemar memberikan solusi untuk trasnportasi, denyut nadi semua elemen yang menyejahterakan rakyat kuncinya transportasi, katanya. Tol laut menjadi jawaban, meski sampai saat ini belum terdengar kapan tol yang melintasi laut itu dibikin. Memang sudah ada tol baru, namun sayang, belum melintasi laut masih di daratan, yaitu Jalan Tol Cikopo-Palimanan. Itu pun dibuat saat masa pemerintahan SBY-Boediono dan mereka (Baca: Jokowi-JK) hanya meresmikannya saja.
Tol Cikopo-Palimanan yang disebut sebagai tol terpanjang di bumi pertiwi ini, memang panjang, tak tanggung-tanggung jalan beraspal ini membentang sepanjang 116,75 kilometer. Membelah sejumlah daerah dari Cikopo purwakarta hingga Palimanan Cirebon. Diprediksi bisa ‘memperpendek jarak’ 40 Kilometer dan menghemat waktu sampai dua jam dibandingkan jika lewat jalan Pantura. Tentu jalan tol anyar ini nampaknya bisa dijadikan solusi nyata saat musim mudik tiba, dengan harapan bisa mengurangi kemacetan di beberapa daerah, dan setidaknya memperlancar gelombang arus mudik tahun ini.
Tol ini awalnya akan diresmikan bulan Agustus nanti, tapi karena pemerintah yang ngebet ingin jalan tol segera dibuka, maka Juni kemarin Cipali diresmikan. Dipercepatnya pemakaian tol memang cukup menggembirakan, tapi apadaya, buah yang belum matang jika dipetik rasanya akan masam, pun dengan Jalan Tol Cipali ini, sebagian mungkin ‘manis’ tapi banyak pula yang rasanya ‘masam’ dan kecut. Dengan segala keterbatasannya Cipali disambut dengan gembira juga dengan duka cita.
Kekurangan disegala elemen masih bisa terlihat di jalan tol terpanjang ini, mulai dari pencahayaan, rest area yang minim, rambu-rambu lalu lintas hingga jalan yang bergelombang menjadi keluhan para penggunanya. Buntut dari dibukanya tol ini, selain rasa optimis dan manis karena bisa mengurangi kemacetan, juga disambut dengan rasa yang ‘masam’, yaitu ramainya kecelakaan lalu lintas. Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat Inspektur Jenderal Moechgiyarto mengungkapkan, sejak jalan tol Cikampek-Palimanan dibuka 13 Juni sudah terjadi 30 kecelakaan lalu lintas terjadi di jalan tol tersebut.
Terlepas dari korban jiwa, luka berat dan ringan, seharusnya pemerintah evaluasi dan ‘ngaca’ sekarang juga. Sudah layakah Jalan tol ini? ketidak sabaran pemangku kekuasaan untuk membuka Cipali mungkin bisa saja menjadi faktor banyaknya kecelakaan yang terjadi. Ketidak siapan menyiapkan sarana dan prasarana jalan menjadi sorotan awak media, bukan hanya saat ramainya kecelakaan, namun saat akan dibuka, tol ini gencar diberitakan akan kesiapan menampung penggunannya terutama saat musim mudik 2015.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum, Hediyanto W Husaini, mengatakan sebagian besar kecelakaan diakibatkan karena perilaku pengendara. Maka dari itu pemerintah terkait mulai memperbanyak rambu-rambu dan segala fasilitas untuk meminimalisir kecelakaan.
Semoga tragedi lalu lintas enyah pergi dari tol Cipali, harapan yang meninggi dari masyarakat untuk dimudahkannya transportasi saat mudik cukup terjawab untuk sekarang. Namun, melihat ‘garangnya’ tol ini tentu membuat masyarakat harus beradu nyali jika ingin aman melewati Cipali. Pemerintah dan pengendara harus sama-sama bijak, pemerintah bijak dengan memperbaikinya dengan mempebanyak segala kebutuhan ber-transportasi dan bisa saja ada patroli rutin. Pengendara pun harus tahu, jika tak ingin bernasib sial harus hati-hati, sangat hati-hati. (Insan/SM)