Foto: Dokumentasi Suara Mahasiswa
“Gelaran bukan tujuanmu, tapi Qurbanmu, jaya Islam bahagia nanti pastilah nyata.” -Hymne Unisba-
Syahdan, akhir September lalu sebanyak 3,127 mahasiswa baru resmi dilantik sebagai generasi ‘3M ‘selanjutnya. Jangan heran, jika mereka (baca: mahasiswa baru) menaruh cita, juga harapan setinggi langit, sewarna dengan jas almamaternya. Karena level pendidikan yang tinggi akan dikunyah, langkah besar akan direngkuhnya. Sambutan bagi wajah baru si kampus biru tentu dengan digelarnya Taaruf; Tradisi ospek, yang namanya begitu Islami, sarana bagi mahasiswa ‘anyar’ untuk mengenal kampus nomor satu di Tamansari ini.
Sudah jamak diketahui, setiap Unversitas di Indonesia pada tahun ajaran baru akan melakukan Orientasi Studi Pengenalan Kampus (Ospek). Pengenalan tersebut mempunyai tujuan sama, yang beda hanya nama dan cara. Taaruf adalah nama ospek di atas. Setidaknya mahasiswa baru harus mengikuti dua rangkaian Taaruf, yakni Universitas dan Fakultas.
Unisba yang bernafaskan kampus Islam sungguh masuk akal, ketika memilih nama Taaruf sebagai pengenalan kampusnya. Taaruf sendiri berasal dari bahasa Arab, yang memiliki arti berkenalan atau saling mengenal. Tak main-main, Taaruf pun Allah firmankan pada Al-Quran Surat Al Hujurat ayat 13. Inti pada ayat tersebut adalah manusia diwajibkan Allah untuk saling mengenal, satu sama lain.
Jika dilihat, silahkan koreksi, seandainya tidak setuju, seremonial Taaruf yang kurang dari satu minggu tidak bisa dijadikan tolak ukur bagi mahasiswa untuk mengenal Unisba. Perlu langkah selanjutnya untuk meneruskan proses Taaruf itu. Agar proses berkenalan ini bisa dihayati oleh semua elemen kampus kakbah. Terutama mahasiswa, bukankah Unisba ingin menjadikan mereka (mahasiswa) untuk berkurban dan mengenyampingkan gelar?
Jika dijadikan pertanyaan akan berbunyi: “Setelah Taaruf Selanjutnya Apa?”
Taaruf Adalah Proses Saling Memafhumi, serta Berkelanjutan dan Tak Lekang Oleh Waktu
Semua mahasiswa di Unisba tentu akan dikondisikan untuk Taarufan atau saling mengenal. Siapa dengan siapa? Ya, antara mahasiswa dan Unisba. Sudah sepatutnya tatkala saling mengenal maka satu sama lain harusnya mengetahui bagaimana perangai objek yang dikenalnya. Lebih dalam, tahu baik dan buruk sifat yang dikenalnya.
Proses Taaruf seyogianya dimafhumi adalah belajar terus menerus. Agar Taaruf yang dilakukan bisa mencapai titik purna; saling memahami dan mengerti. Juga terlalu naif jika yang melakukan ‘perkenalan’ hanya sebatas mahasiswanya, yang mungkin berada di Unisba rata-rata empat tahun saja. Lalu elemen Unisba lainnya? Semisal yayasan dan rektorat tentu memiliki waktu yang panjang untuk ‘mengenal Unisba’, dan sudah seharusnya yang lebih lama harus lebih paham betul Unisba.
Lalu, apakah pihak yayasan atau rektorat sudah mengerti benar atau mengenal penuh Unisba (mengenal lingkunganya, mahasiswa, pegawai, masyarakat Tamansari serta stekholder lainnya)? Jangan disimpulkan di sini karena tulisan ini bukan penelitian ilmiah yang tidak akan mencapai taraf kesimpulan objektif.
Sederhana saja, jika yayasan dan rektorat mengenal betul Unisba, mereka akan memberikan sesuatu yang dibutuhkan peserta didik, pegawai juga masyarakat di sekitarnya. Contohnya: Jika parkiran yang tersedia hanya 1000 untuk motor dan 100 untuk mobil maka logikanya, mereka akan menerima mahasiswa sesuai dengan kapasitas parkiran tersebut.
Karena konklusi jika menerima mahasiswa tidak sesuai dengan kapasitas akan berdampak domino. Macet, rasio dosen yang tidak seimbang, dan setumpuk permasalahan teknis lainnya.
Memang tramat klise, jika analoginya mengenai parkiran. Namun, bukankah hal itu yang menjadi masalah yang mendarah daging? Permasalahan yang hematnya bisa diatasi jika mengenal betul Universitas Islam Bandung.
Karena masa sudah berkenalan begitu lama, masih tega untuk menganiaya? Mari saling menyayangi, saling mengerti. Bukankah kita semua cinta dengan Unisba?
Romansa Taaruf, Menyatukan Dua Insan yang Ditakdirkan Bersama
Makna taaruf, umum juga diketahui sebagai sarana untuk menjemput jodoh. Agama Islam melalui Taaruf memberikan jalan bagi umatnya yang ingin menjalin cinta. Halal, aman, dan selamat adalah jaminan Taaruf. Tidak sedikit yang menjalani taaruf hingga akhirnya melepaskan masa lajangnya, dan merengkuh kasih dan ridha-Nya sampai menikah.
Secara sempit Taaruf memang dimaknai menyoal berkenalan dengan pasangan yang ingin kita halalkan. Bagi seluruh elemen Unisba, jika memang menghayatinya benar-benar, proses taaruf yang sifatnya seremonial kemarin harus berakhir dengan kebahagiaan. Layaknya pasangan kekasih yang melakukan taaruf untuk menggenapkan agamanya (menikah).
Lantas, seperti pertanyaan di atas, “Setelah Taaruf di Unisba, selanjutnya apa?”
Besar harapan tentu kebahagiaan. Dan untuk mencapai semua itu perlu proses Taaruf yang ‘sangat panjang’. Agar tujuannya pasti; Semua elemen Unisba bisa saling mengerti, agar kita saling berharmoni membangun kampus perjungan ini.
Mengerti satu sama lain, memahami satu sama lain, mencapai titik temu antara dua kubu yang berseteru adalah proses pelik dari Taaruf. Oleh karena itu, seremonial pekan taaruf bagi mahasiswa baru, jangan dijadikan acara yang menguap begitu saja. Harus ada proses lainnya.
Semua elemen harus bekerja sama, semisal; teruntuk mahasiswa, jangan terus-terus menentang, yang jika diurai memang sesuatu yang baik bagi Unisba. Begitu pula pemangku kekuasaan, jangan sekonyong-konyong tutup telinga dengan keadaan Unisba. Mari berharmoni, mari gapai tujuan Taaruf yang hakiki.
Dan ah… semoga hymne Unisba yang selalu dinyanyikan Tatkala proses taaruf tidak menguap juga. Dan pada akhirnya, semoga kita benar-benar berkurban, dan mengenyampingkna gelar. Sampai akhirnya, proses Taaruf diakhiri dengan jayanya Agama Islam, dan nanti, itu pastilah nyata.
Redaksi