Foto: CG Professional
Oleh: Agus Riyanto
“Pengusaha pejuang-pejuang pengusaha”, begitu bunyi moto Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) akhir-akhir ini sering dilantangkan di beberapa forum pengusaha. Kita ketahui bersama bahwa frasa tersebut merupakan semboyan dan jargon idealis, merupakan bentuk pembawaan semangat juga cerminan spirit dari pada anggota HIPMI.
Menilik sejarah HIPMI yang telah menempuh masa 47 tahun perjuangan (1972-2019), pembuktian bahwa dunia usaha merupakan hal yang tidak lagi dianggap rendah pada status sosial kemasyarakatan. Hal yang jauh berbeda kita dapati pasca krisis ekonomi nasional 1998, yang mana para pengusaha merupakan tonggak pembangunan ekonomi nasional. Begitu fragmentasi wacana yang banyak kita jumpai pada tiap-tiap tajuk pembangunan era reformasi.
Para senior HIPMI telah mampu membentuk klaster pejuang ekonomi dengan wadah organisasi sebagai tempat saling terhubung (connection), berkolaborasi (collaboration) hingga menjadi pengusaha pemenang (winner) untuk menggerakkan roda perekonomian masyarakat Indonesia.
Berkembang pada kelompok pelajar mahasiswa yang memiliki potensi besar pada golongan muda masyarakat, HIPMI membentuk Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI-PT) pada 15 Juni 2011. Ini merupakan badan otonom di bawah Badan Pengurus Cabang HIPMI. Harapannya membawa semangat wirausaha dan menebarkannya pada golongan muda melalui kelompok mahasiswa. Di sinilah peran mahasiswa agar mampu menerjemahkan kondisi dan peluang perekonomian bagi wirausaha.
Melihat itu, dengan jumlah mahasiswa berjumlah 7,5 juta jiwa (Republika: 12/11/2018), mahasiswa dapat menjadi pejuang perekonomian yang strategis di Indonesia. Karena HIPMI-PT anggotanya bestatuskan mahasiswa, mampu menjadi organisasi pejuang perekonomian itu. Menyebar minat kewirausahaan di kalangan mahasiswa di era pasar terbuka dan tidak lagi berbatas wilayah ini, sehingga banyak pegiat usaha yang lahir dari HIPMI-PT.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pembelajaran Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Intan Ahmad mengatakan terdapat 1,4 juta mahasiswa baru per tahunnya yang tersebar di setiap perguruan tinggi Indonesia baik negeri ataupun swasta. Jumlah tersebut masih sedikit dibanding usia pendidikan tinggi yang populasinya sebesar 80 sampai 107 juta, tetapi yang mendapat pendidikan tinggi hanya sebesar 7,5 juta.
Dengan demikian, ia menuturkan kesenjangan yang terjadi tentu menimbulkan kebutuhan lapangan pekerjaan yang lebih banyak lagi. Maka tidak berlebihan jika tugas mahasiswa tentunya dapat menyikapi hal tersebut sebagai kalangan terdidik. “Pendidikan tinggi diarahkan untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi, lebih banyak diarahkan untuk mencetak wirausahawan daripada pekerja. Agar bisa mengurangi pengangguran. pendidikan tinggi saat” tuturnya pada Festival Riset 2018 di Semarang.
Pentingnya usaha kecil menengah dalam perekonomian Indonesia menjadi semangat baru dalam aktifitas perekonomian. Usaha Kecil Menengah (UKM) menjadi alternatif bagi laju perekonomian Indonesia, dengan kontribusi yang tidak terbilang sedikit yakni sebesar 60,34 persen pada PDB sedangkan pada penyerapan tenaga kerja sebesar 97,22 persen (kemenperin.go.id – 2018).
Disitulah peran HIPMI-PT dalam membangun semangat wirausaha yang bergerak pada UKM. Jelas merupakan suatu kebermanfaatan bagi masyarakat apabila terdapat realisasi akan itu. Aktualisasi sangat penting terjadi, moto yang dibawa oleh HIPMI jangan hanya sekedar dijadikan jargon idealis semata namun terimplementasi dengan usaha-usaha kreatif, inovatif, professional, fokus dan memegang nilai-nilai normatif dalam menjalankan usahanya.
Di era society 4.0 ini, peluang pasar sangat terbuka dengan banyak keringanan bagi para wirausaha. Digital marketplace banyak mendapat perhatian lebih pada pasar era ini. Pelaku usaha tidak lagi diharuskan survey pasar dan wilayah tujuan, karena adanya digital marketplace seperti Shopee, Bukalapak, serta Tokopedia membuat pelaku usaha memiliki perkiraan dalam penyaluran produknya.
Peluang yang besar tentu diimbangi dengan pesaing yang juga tidak sedikit. Maka dari itu untuk dapat dilirik oleh calon pelanggan, sangatlah dibutuhkan kreativitas dan inovasi. Terlebih banyak Produk inovatif bermunculan, hal itu menjadi tuntutan lebih bagi para pemula dan wirausaha muda.
Indonesia membutuhkan kreativitas pelaku usaha dan memerlukan lebih banyak wirausaha untuk dapat dan mampu membuka lapangan pekerjaan. Output yang diharapkan terjadi adalah mengurangi jumlah pengangguran pada penduduk usia kerja Indonesia. Kita telah hidup pada era pasar tanpa pembatasan sehingga eksplorasi ide dan kreativitas pengusaha muda sangat dibutuhkan. Masa muda yang dijalani mahasiswa harus dapat bernilai lebih dan membawa kebermanfaatan.
Data Badan Pengurus Pusat HIPMI (BPP HIPMI) sejauh ini telah lebih dari 25 ribu anggota HIPMI di seluruh Indonesia dengan 274 Badan Pengurus Cabang yang tersebar di masing-masing Provinsi. Usaha yang banyak digeluti anggota HIPMI-PT ialah sektor UKM untuk mengangkat produk-produk lokal dan rilis usaha mandiri anggota. Tampak jelas bahwa dunia wirausaha di kalangan muda begitu diminati. Hal ini merupakan potensi besar bagi kemajuan perekonomian Indonesia.
Mahasiswa dituntut mampu menganalisis peluang dan bagaimana tindakan dan usaha yang dibuat, dikelola menyikapi peluang yang ada tersebut. Nilai-nilai juang dan semangat usaha itu harus teraktualisasi dan merupakan upaya yang berkelanjutan sehingga dampak yang ditimbulkan mendapatkan kebermanfaatannya.
Sudah saatnya mahasiswa membangun gerakan, mengimplementasikan keilmuan yang dimiliki untuk kemaslahatan masyrakat. Terlebih lagi anggota HIPMI-PT, peluang besar menanti di era society 4.0 ini. Berwirausaha harus teraktualisasi sebagai bentuk perjuangan mahasiswa di bidang perekonomian, jangan lagi terlena dalam buaian teori dan wacana bahkan jargon sekalipun.
*Penulis adalah mahasiswa Politeknik STTT Bandung. Dapat dihubungi melalui twitter di @agus_liwa