Foto: Dokumentasi Suci Febrianti (Kiri). Dokumentasi Putri Handayani (Kanan)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Sudah satu tahun mahasiswa Unisba menjalankan aktivitas perkuliahan melalui daring selama masa pandemi Covid-19. Kuliah, rapat, kerja kelompok rasanya seperti bicara dalam diam dengan layar laptop. Tidak jarang rutinitas tersebut membuat semua orang bosan, kemudian mencoba mencari kegiatan baru.
Belakangan ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan secara daring kemudian menjadi laris manis selama pandemi diantaranya yaitu virtual photoshoot, membuat mini daily vlog, menulis jurnal, hingga membuat konten joget di tiktok. Semua kegiatan yang disebutkan sebelumnya tidak jarang kemudian menjadi karya hebat bagi pemiliknya.
Ada lagi kegiatan yang nampaknya menjadi celah bagi seorang untuk menuangkan imajinasinya dalam satu karya. Membuat buku misalnya. Seperti salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba), Putri Handayani atau kerap disapa Puha juga menelurkan sebuah karya tulis berjudul “A Letter to Myself”. Karya ini lahir berawal dari rasa bosannya terhadap rutinitas kuliah daring ia memutuskan untuk menulis yang kemudian diikutsertakan dalam sayembara lomba menulis.
Tanpa disangka karyanya terpilih dalam lomba yang diselenggarakan oleh prospec media. Tulisannya kemudian dibukukan bersama dengan beberapa pemenang lainnya. “Senang banget, engga menyangka baru pertama kali ikutan langsung menang jadi penulis terpilih (favorit).” tuturnya melalui pesan daring.
A letter to myself adalah buku yang berisikan kumpulan tulisan surat untuk diri sang penulis. Puha sendiri menuliskan harapan mulia untuk dirinya pada lima tahun yang akan datang. Dari tulisannya, ia berharap agar kesederhanaan hati akan selalu menyelimuti dirinya supaya terhindar dari kufur nikmat.
Kakak dari dua orang adik ini sebenarnya tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang penulis, karena cita-citanya menjadi content creator. Namun buku pertama Puha membuat keluarga di rumah begitu terkejut bahagia. Menurutnya, mereka tidak pernah menyangka dibalik sikap kekanak-kanakan yang ia miliki, Puha justru melahirkan sebuah karya.
Selain tulisannya di buku A Letter to Myself, ia menulis beberapa karya lain yang sedang diikutsertakan dalam lomba cerita pendek (cerpen) dan puisi nasional. Puha sebenarnya tidak hanya ikut serta dalam lomba menulis, ada beberapa lomba lagi yang ia ikut seperti lomba menyanyi dan penyiar berita (news anchor).
Melalui karyanya, Puha berharap banyak orang yang terinspirasi. Menjadi sadar akan kehidupan dan berani memulai sesuatu yang besar. “Semoga karyaku laris manis dan barokah, hasil penjualannya insya allah akan diberikan kepada kaum duafa.”
Satu lagi mahasiswi yang berhasil menuangkan imajinasinya dalam sebuah karya tulisan. Suci Febrianti, mahasiswa Fakultas Syari’ah 2017 sukses menerbitkan buku berjudul “Sang Perasa”. Dalam buku ini ia menuangkan pengalaman pribadinya ketika mengalami rasa galau dan belajar menerima rasa ikhlas.
“Aku nulis itu memang hobi, dan memang dimasa pandemi ini banyak waktu luang, jadi aku memanfaatkan waktu buat nulis aja. Awalnya juga iseng-iseng, tapi alhamdulillah dibantu sama teman akhirnya bisa terbit jadi sebuah buku.” Kata Suci saat menceritakan awal mula mengapa ia bisa membuat buku.
Ia juga bercerita, bahwa ada hikmah yang dapat dipetik dari rasa galau yang ia alami, dan termotivasi untuk kembali bangkit ketika menghadapi permasalahan apapun. “Kalau sedang galau, jadikanlah kegalauan itu menjadi sebuah karya untuk kita bangkit dan mengambil hikmahnya, untuk mengingatkan kepada orang lain bahwa kita pernah jatuh atau bangkit kembali.”
Berbicara tentang bagian favorit dalam bukunya, Suci bercerita bahwa hampir semua bagian dalam buku adalah favoritnya. Namun, yang paling diandalkan adalah kumpulan sajak di akhir cerita serta bagian-bagian dalam sub judul yang mengandung makna keikhlasan.
“Dalam setiap sub judul dalam buku, semuanya mengajarkan untuk ikhlas dan bersyukur. Terutama dalam menghadapi dunia sosial, pertemanan, percintaan. semua dalam buku tersebut mengajarkan untuk tetap tenang bahwa semuanya akan baik-baik saja jika mengingat Allah dan sabar serta ikhlas.” Ucapnya.
Selain itu, dalam menyelesaikan kisahnya, Suci hanya menghabiskan tiga minggu masa menulis hingga akhirnya menghasilkan 112 halaman buku. Setelah itu, tulisan tersebut langsung diterima oleh penerbit dan diperjualbelikan secara daring lewat e-commerce. Kini, disela-sela menulis skripsi, ia pun tengah menulis buku kedua yang diharapkan bisa segera terbit.
Menutup akhir cerita, Suci berpesan bahwa kita harus memanfaatkan waktu dan berbuat kebaikan. Jangan sampai, apa yang kita lakukan justru tidak bermanfaat dan membawa kebaikan untuk kita.
Reporter: Tazkiya Fadhiilah & Sophia Latamaniskha
Penulis: Tazkiya Fadhiilah & Sophia Latamaniskha
Editor: Ifsani Ehsan Fachrezi