
Ilustrasi evakuasi korban. (Febrian/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Lemparan batu dan gas air mata, serta siraman water canon, rupanya menjadi biang dari luka para mahasiswa. Belum lagi ada mahasiswa yang terluka karena terinjak rekan mahasiswa lainnya. Korban luka tersebut dilarikan ke tempat evakuasi, salah satunya berlokasi di Gedung Aula Kartimi Kridhoharsodjo, aula utama Unisba.
Kejadian tiga hari berturut-turut akibat demo didepan Gedung DPRD itu melibatkan Korps Sukarela (KSR), dan Fakultas Kedokteran (FK) Unisba dalam penanganan pasien. Ketua KSR, Faishal Ahmad Najib menyebutkan banyaknya korban berjatuhan pada hari pertama aksi (23/9) menggugah jiwa kemanusiaan ia dan rekanlainnya.
Dalam kejadian tersebut, Faishal mengatakan terdapat beberapa tim yang turun sebagai sukarela, antara lain: KSR Unisba, Fakultas Kedokteran (FK) Unisba, KSR Universitas Pasundan, serta Komunitas Motor yang turut membantu dengan mengawal ambulan dari lokasi aksi menuju tempat evakuasi.
Aksi dari mahasiswa ini rupanya menyentuh hati dari rekan lain. Jumlah sukarelawan terus bertambah hingga tanggal 30 September. Banyaknya sumber daya manusia (SDM) yang hadir membuat Faishal merasa kebingungan mengatur pembagian kerja.
“SDM nya banyak, bingung mengatur bagian kerja. Semua sukarelawan kerja dalam waktu yang sama, jadi lelah di waktu yang sama pula.”
Awal mula KSR turun berawal ketika pihak DAMU meminta bantuan KSR Unisba agar menjadi tim medis, sontak mereka pun mengamini. “Pihak DAMU langsung manggil saya, minta stand by, takutnya mahasiswa Unisba jadi korban. Tapi, ternyata bukan Unisba saja, banyak mahasiswa [universitas] lain juga.” selain itu Faishal mengatakan memang tujuan KSR berorientasi dalam kemanusiaan.
Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) FK Unisba, Fajar Awalia Yulianto menjelaskan bila KSR telah berkoordinasi dengan DAMU terlebih dahulu, FK baru bergabung menjadi relawan setelah pimpinan universitas memberi pemberitahuan banyak pasien darurat di aula.
Meski beban penanganan –jumlah korban luka parah- itu memang lebih banyak pada tanggal 23-24 September. Faishal mengaku lebih kewalahan menangani korban pada 30 September. Berdasarkan data dari BEMU yang ia terima korban 30 September jauh lebih banyak dari aksi sebelumnya.
Faishal berbagi kisahnya ketika menangani korban aksi, ia menyebutkan ketika evakuasi terdapat dua korban luka parah yang ia temukan. “Yang pertama, kepala yang bocor, untungnya masih sadar. Kedua, ada yang katanya kena tembak, lukanya dikit tapi pendarahannya banyak.”
Hal tersebut juga diceritakan Dosen IKM FK Unisba, Susan Fitriyana yang turut berpartisipasi dalam evakuasi tersebut. Menurutnya, korban dengan luka terparah yang ia temukan merupakan pasien patah tulang serta pengidap asma yang turut menghirup gas air mata, sehingga perlu segera dirujuk ke rumah sakit terdekat.
Logistik yang digunakan
Meski berlandaskan kemanusiaan, Faishal mengaku evakuasi korban aksi tersebut merogoh kocek yang tidak sedikit. KSR Unisba sendiri menghabisakan dana sekitar Rp. 1.500.000 pada tanggal 23-24 September. Dan Rp. 800.000 pada 30 September. Belum lagi, beberapa logistik milik KSR yang diakuinya hilang.
Sosok KSR Unisba, FK Unisba, dan kawan-kawan relawan lainnya membuat mahasiswa yang terlibat aksi berdecak kagum dan merasa berterima kasih atas bantuan medis yang telah diberikan. Meski melelahkan, para sukarelawan tersebut beraksi dengan tanpa pamrih.
“Bicara lelah, tentunya sudah resiko. Kalau kamu ingin jadi petugas medis, dalam kondisi tersebut jangan mengeluh,” tutup Susan.
Reporter: Shella Mellinia Salsabila
Penulis: Shella Mellinia Salsabila
Editor: Puspa Elissa Putri