
Ilustrasi Kejahatan Seksual. (Fahriza Wiratama/SM)
Suaramahasiswa.info, Bandung – Pada Selasa (4/2), Suara Mahasiswa menerbitkan video wawancara ekslusif dengan korban kejahatan seksual di perguruan tinggi. Beberapa waktu setelah video tersebut terbit, salah satu narasumber mendapat tekanan dari kerabatnya lewat pesan daring.
“Saya jadi sedih dan trauma,” ucapnya kepada Suara Mahasiswa pada Jumat (7/2).
Narasumber kami menyebut, beberapa orang bertanya untuk memastikan itu dia atau bukan, bahkan sampai menertawakan.Ia juga mengaku menjadi trauma jika datang ke kampus.
“Saya benar-benar risih sama pertanyaan mereka dan merasa terbully dengan omongan mereka,” tambahnya.
Perlindungan Korban
Ketua Samahita Bandung, Ressa Ria Lestari menyebut sosok yang harus dipedulikan pertama dalam kasus kejahatan seksual ialah korban itu sendiri. Minimal dengan menunjukkan dukungan kepada korban, bahwa dia tidak sendirian menghadapi itu, dan menunjukkan bahwa kita ada dalam kubu yang sama dengan dia.
“Minimal itu, terus mendengarkan korban, mendengarkan tanpa judge. Tidak memberikan istruksi apapun terhadap korban. Karena korban yang paling tahu apa yang dia butuhkan, yang kita bisa lakukan adalah membantu korban mencari tahu apa yang benar-benar korban butuhkan,” jelasnya.
Perlindungan kerahasiaan korban sangat penting dalam kejahatan seksual sehingga masyarakat luas diharapkan tidak mengetahui identitas korban. Wakil Dekan III Fakultas Psikologi Unisba, Stephani Raihana menyebut bila kita memang telah mengetahui atau mengenal korban (jika korban merupakan keluarga atau kerabat), maka kita perlu memberikan dukungan moril sepenuhnya agar korban tidak mengalami efek trauma yang lebih berat.
“Harusnya orang-orang jangan nyalahin korban, dan dukung sesama perempuan. Jangan ngegosipin!” kata narasumber kami.
Berani Berbicara
Sebagai korban kejahatan seksual, tentu blak-blakan bukan hal yang mudah. Stigma masyarakat menjadi musuh paling besar. Ressa menegaskan jangan takut untuk bersuara karena ada banyak orang yang mendukung.
Narasumber kami pun berani mengungkap kejahatan itu. “Saya mau diwawancara karena ingin memutus rantai kejahatan seksual,”tutupnya.
Reporter: Febrian Hafizh Muchtamar & Shella Mellinia Salsabila
Penulis: Febrian Hafizh Muchtamar
Editor: Puteri Redha Patria