Seorang mahasiswa baru penyandang tunanetra menceritakan kisahnya pada Selasa (3/9/2019), di pelataran Khez Muttaqien, Jalan Tamansari No. 1, Kota Bandung. (Shella Mellinia Salsabila/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Ta’aruf tahun ini memiliki warna berbeda dari Ta’aruf sebelumnya. Salah satu mahasiswa baru memiliki prestasi di bidang al-Quran yang membawa ia mendapatkan beasiswa penuh hingga sarjana. Bukan hanya itu, ia pun menjadi mahasiswa yang mampu menginspirasi rekan mahasiswa lain, berkat kelebihan yang dimilikinya.
Nu’man Sabit, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan 2019. Nu’man merupakan sosok istimewa karena mampu menjadi hafiz Al-Quran meski menyandang tunanetra. Ketika ditemui reporter Suara Mahasiswa, pria asal Majalengka tersebut menceritakan glimpse kehidupannya.
Nu’man dan Keluarga
Lahir pada Jumat, 5 Mei 1995 ia terlahir dalam enam bersaudara, Nu’man menuturkan hanya dirinyalah yang terlahir sebagai tunanetra. Kendati demikian, kedua orang tuanya memilih tabah menerima rezeki yang telah di tetapkan oleh Allah SWT tersebut. Bahkan menurutnya, semasa hidup ia selalu dibanggakan oleh orang tuanya karena sukses mengikuti perjalanan kakaknya menjadi penghafal Al-Quran.
Meski memilih tabah, ia dan keluarganya sempat mencoba untuk melakukan operasi terhadap kedua matanya. “Saya pernah operasi di Cicendo waktu tahun 2002. Namun, qodarullah harus tetap seperti ini. Jadi, saya jalankan saja.” Ucapnya ketika ditemui di Pelataran Khez Muttaqien.
Proses Menjadi Hafiz Al-Quran
Ia menyebutkan dirinya mampu menghafal Al-Quran hingga 30 juz. Hafalan tersebut tidak ia dapatkan secara cuma-cuma, melainkan didapat setelah mengabdikan diri mencari ilmu di salah satu pesantren Cirebon selama empat tahun.
Pada mulanya, Nu’man menjelaskan ia menggunakan Al-Quran Braille. Setelah merasa yakin dengan kemampuannya, ia pun mulai menggunakan murrotal sebagai media pembelajaran. Agar tidak terjadi kesalahan dalam menghafal, Nu’man pun tetap diawasi oleh gurunya.
Dengan sistem one day one page yang di terapkannya. Ia mencoba menghafal setidaknya satu hingga dua halaman Al-Quran per hari, meski begitu dirinya tidak menyangkal terkadang gagal mencapai target tersebut. Selain itu, untuk menguatkan hafalan ia akan mengulang hafalan rata-rata lima juz dalam sehari.
“Karena secepatnya akan mulai disibukkan dengan kuliah, mungkin akan berkurang jadi dua atau tiga juz. Tapi nanti saya juga akan ikut ukm yang akan membantu saya memuroja’ah,” ucapnya ketika ditemui usai hari kedua Ta’aruf pada Selasa (3/9).
Motivasi Menghafal Al-Quran
Pertama, ia bercerita karena adanya hadis yang mengatakan hanya orang-orang penghafal Al-Quran saja yang dapat memakaikan mahkota kepada orang tuanya di akhirat kelak. “Saya tunanetra, jangankan untuk membahagiakan orang tua, untuk diri sendiri saja susah. Seenggaknya saya ingin bahagiakan orang tua di akhirat.”
Kedua, adanya hadis yang berbunyi, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar dan mengajarkan Al-Quran.” Ketiga, adanya salah satu ayat Al-Quran yang intinya orang yang tidak pernah membaca, menghafal, serta mengamalkan Al-Quran akan memiliki kehidupan yang sempit dan di akhirat kelak akan di bangkitkan dalam keadaan buta. “Saya buta didunia saja sudah repot, apalagi kalau dibutakan di waktu akhirat nanti.”
Alasan Masuk Unisba
Lulus SMA di salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) di Cimahi pada 2014, Nu’man tidak langsung melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, memasuki usia yang ke-24 tahun, ia mengaku ingin mematangkan ilmunya dengan cara menempuh pendidikan lebih lanjut.
Teringat ucapan dari salah seorang pemateri ketika mengikuti kegiatan di Pusat Dakwah Islam (Pusdai) pada tahun 2012 yang menyebutkan adanya beasiswa hafiz di Unisba, tanpa ragu Nu’man pun memilih Unisba sebagai ‘pelabuhan’ ilmunya dan mengambil Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagi jurusannya. “Dulu saya belum minat kuliah, tapi teringat beasiswa itu jadi saya langsung ikut tes hafiz di Unisba.” .
Kegiatan Selain Berkuliah
Setelah pesantren, pada 2018 Nu’man kembali ke Cimahi, guna menuangkan keinginannya untuk berbagi ilmu. Ia pun menurunkan hafalan Al-Qurannya kepada adik kelas di Sekolah Menengah Atas (SMA) lamanya. Kemudian pada 2019, ia menetap di asrama Titipan Anak Bangsa Cimahi sembari mengajar anak-anak yang ada di asrama tersebut.
***
Sosok Nu’man rupanya juga menggugah kekaguman dari rekan satu fakultasnya. Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan 2019, Muhammad Al Bafith mengatakan meski belum sempat berkomunikasi dengan Nu’man, dirinya mengaku berdecak kagum ketika mendengar prestasi rekannya tersebut.
“Meski fisik tidak begitu sempurna, tapi ia bisa menghafal hingga 30 juz. Saya kagum dengan dia. Disinilah Allah menunjukkan kekuasaanya,” ungkapnya sembari terkagum.
Sebagai penutup tulisan ini, saya akan mengutip pesan yang di sampaikan Nu’man. Ia berkata, “Allah menciptakan kita sesuai takarannya, sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, marilah kita menempatkan diri sebagaimana kemampuan kita, yang penting selalu istiqomah”. Kunci pentingnya, kita harus selalu bersungguh-sungguh dalam segala hal, dan terus mau belajar.
Reporter: Shella Mellinia Salsabila & Gina Santia
Penulis: Shella Mellinia Salsabila
Editor: Puspa Elissa Putri