
Ilustrasi seorang wisudawan yang sedang menunggu pelaksanaan wisuda secara hybrid. (Fais Azhar Djohari/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba- Universitas Islam Bandung (Unisba) mengumumkan penundaan agenda pelantikan wisuda Doktor, Magister, Profesi dan Sarjana pada Senin (14/02) di laman Instagram @universitasislambandung. Pelantikan wisuda seharusnya diberlangsungkan pada Sabtu (26/02) namun diundur selama sebulan hingga Sabtu (26/03). Hal tersebut terjadi karena pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) oleh pemerintah.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh Ketua Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Komhumas), Firmansyah mengatakan penundaan wisuda dilakukan karena level pandemi meningkat. Walaupun permintaan wisuda yang memilih pelaksanaan dengan sistem luar jaringan (luring) cukup banyak, pihak panitia tetap harus melakukan preferensi bagi calon sarjana.
“Kami tunda terlebih dahulu, karena bulan ini kami akan minta preferensi dari para wisudawan ingin nya tetap offline atau online,” Ucapnya via telepon WhatsApp pada Senin (15/02).
ia pun menjelaskan adanya perbedaan jumlah biaya bagi peserta wisuda dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring). Menurutnya, peserta luring memerlukan persiapan dan fasilitas yang cukup banyak dibandingkan peserta daring, sehingga anggarannya pun berbeda.
“Kami memberi pilihan, untuk peserta daring membayar Rp. 600.000, sedangkan peserta luring membayar Rp. 1.000.000. Karena kalo luring banyak yang harus dipersiapkan seperti konsumsi, protokoler dan penjagaan keamanan.” Ujarnya.
Menurut data bagian akademik tahun 2022 wisuda luring akan dihadiri oleh 1400 peserta. Terkait kapasitas gedung sendiri hanya dapat dihadiri maksimal 350 peserta wisuda di setiap sesinya. Oleh sebab itu, pihak panitia berencana akan membagi menjadi beberapa sesi, tergantung dari jumlah pendaftar akhir yang ada di sistem informasi (Sisfo).
“Jadi wisudawan di dalam aula, lalu orangtua nya di tenda dan akan kami kasih layar agar bisa melihat anaknya wisuda.” Tambahnya.
Adapun syarat yang harus dipenuhi mahasiswa dan pendamping yang memilih wisuda secara luring yaitu wajib mendaftar melalui Sisfo dan melampirkan surat keterangan vaksin. Hal tersebut dilakukan sebagai usaha panitia dalam mencegah penyebaran Covid-19 di wilayah kampus.
Walaupun demikian, pihak panitia masih mempertimbangkan dan merancang kembali sistem pelaksanaannya. Karena hingga saat ini situasi dan peraturan pemerintah masih belum stabil. “Kami tidak ingin mengecewakan wisudawan, tetapi kami juga harus melihat patokan dari kebijakan pemerintah”. Tuturnya.
Menanggapi hal tersebut, salah satu calon wisudawan Fakultas Dakwah (FD), Muhammad Rizaldi Pratama merasa sedikit kecewa. Namun, dengan adanya sistem hybrid ini ia berharap dapat melaksanakan wisuda secara luring agar merasakan kebahagiaannya langsung.“Mungkin memang karena PPKM naik menjadi level tiga, jadi pihak Unisba memutuskan untuk menundanya. Tapi tetap, saya merasa sedikit kecewa atas hal tersebut,” Ungkapnya pada Senin (15/02).
Senada dengan Rizaldi, Calon wisudawati dari Fakultas Ilmu Hukum (FH), Mia Oktafiani juga menilai bahwa penundaan ini terjadi karena adanya PPKM di wilayah Jawa dan Bali. Namun, ia berharap peserta daring bisa tetap merasakan kemeriahan wisuda.
“Saya memilih untuk melaksanakan wisuda secara luring, meskipun lebih banyak yang harus dipersiapkan, tapi euforia wisuda sarjana ini hanya dapat dirasakan sekali bersama teman seperjuangan. Dan juga, saya berharap semoga peserta daring nanti tidak ada gangguan koneksi serta bisa ikut merasakan kemeriahannya,” Ungkapnya.
Selain Mia dan Rizaldi, salah satu calon wisudawati Fakultas Syariah (FS), Elridsa Nur Azizah menilai penundaan ini sebagai alternatif panitia agar dapat menggelar wisuda secara luring. “Saya pribadi beserta rekan seperjuangan alhamdulillah merasa senang banget karena ini momen yang ditunggu-tunggu. Setelah melihat kakak tingkat sebelumnya (melaksanakan wisuda) yang dilaksanakan secara daring,” Tuturnya melalui pesan daring pada Senin (15/02).
Reporter : Syifa Khoirunnisa & Melani Sri Intan/ job
Penulis : Syifa Khoirunnisa & Melani Sri Intan/ job
Editor : Reza Umami