Acara Milad sendiri merupakan sebuah budaya turun-termurun dan suatu perayaan untuk para pendiri Unisba. Namun, acara kurang begitu didukung oleh partisipasi dari mahasiswa dan hanya dihadiri oleh berbagai dosen Unisba. (Agam R/SM)
Suaramahasiswa.info,Unisba – Selasa kemarin merupakan acara puncak dari milad Unisba yang ke-56. Seluruh civitas akademika hadir dan berpartisipasi dalam acara tersebut yang diselenggarakan di Aula Utama Unisba (18/11). Rasa syukur pun dipanjatkan agar kampus biru ini menjadi yang lebih baik.
Unisba merupakan kampus dengan label Islam. Namun, milad tahun ini banyak mengeluarkan dana yang sekitar 600 juta. Banyaknya anggaran untuk menyelenggarakan acara tersebut membuat sebagian mahasiswa resah. Dana tersebut terbilang besar karena cukup untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa, juga memperbaiki fasilitas kampus. Willy Pradana, salah satu mahasiswa Fikom menanggapi milad tersebut, bahwa kegiatan itu sangat bagus dirayakan, tetapi harus pada porsinya dan tetap pada hukumnya. “Acara milad tersebut merupakan perayaan yang memang harus dirayakan, tapi bagaimana cara merayakannya, karena kampus ini kan kampus Islam juga, tidak perlu menuruti yang lain,” ujar mahasiswa Manajemen Komunikasi tersebut.
Willy pun memberikan komentar terkait bagian acara dari milad yaitu, gerak jalan dan fun bike. kegiatan itu menurutnya sangat tidak perlu karena memerlukan anggaran yang cukup besar. “Dana yang dikeluarkan tersebut sangat besar, kenapa tidak diberikan kepada mahasiswa yang kurang mampu biar tidak ada mahasiswa yang di cuti paksakan. Terus bisa digunakan untuk memperbaiki fasilitas yang kurang baik,” tambahnya.
Milad pun diartikan sebagai sebuah perayaan atau lebih dikenal dengan ulang tahun. Hal itu berkaitan dalam agama Islam, bahwa tidak diperkenankan umat muslim untuk merayakan ulang tahun. Milad Unisba sendiri menjadi sebuah budaya tersendiri karena untuk mengenang jasa-jasa para pendiri Unisba. Tetapi mahasiswa kurang berpartisipasi sehingga acuh tak acuh tehadap milad tahun ini.”Seharusnya semua elemen dilibatkan seperti mahasiswa, dosen, dan yang lainnya dalam mengadakan perlombaan untuk membuat mahasiswa berpartisipasi,” ucap Mahmud Thohier selaku wakil dekan Dakwah.
Mahmud pun berharap bahwa untuk ke depannya agar acara milad lebih mengkonsepkan secara Islam. Selain itu, jangan hanya mementingkan milad, tetapi hidupkan juga lingkungan kampus. “Secara konsep kurang religi, selain itu harapannya agar lebih menghidupakan lingkungan kampus. Tapi diingatkan kembali, bahwa sebuah acara jika menurut kita baik, mungkin berbeda dengan orang lain.” tutupnya. (Agam.R/SM)