Ekspresi salah satu peserta Diklatsar Studi Teater Unisba (STUBA) saat sedang berkeliling di Kampus Unisba Jl. Rangga Gading, Senin (15/12). (Cynthia Novianti/Job)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Setelah melalui beberapa tahap, Diklatsar Studi Teater Unisba (STUBA) yang ke-25 berlangsung dari tanggal 15 hingga 17 Desember 2014 di Kampus Unisba Tamansari kemudian, dilanjutkan tanggal 19 sampai 21 Desember 2014 yang bertempat di Gunung Puntang. Acara dimulai dengan sambutan Ketua Pelaksana, Sucy Sri Hayati dan Ketua Umum STUBA, Riza Pachrudin di sekitar tangga batu pukul 07.00 WIB, Senin (15/12). Kegiatan dilanjutkan dengan pemukulan Gong sebagai simbolis oleh perwakilan dari bagian Kemahasiswaan.
Sucy Sri Hayati memaparkan data peserta dari 76 peserta hanya 19 peserta yang bertahan. Bertemakan ‘Kusapa Kau Tak Menoleh, Kau Sapa Aku Ku Kan Tetap Menoleh’ terdapat makna di dalam kalimat tersebut. “Orang yang tidak tahu teater pasti tidak akan menoleh tapi, ketika ada orang yang selalu ingin belajar kita selalu terbuka untuk memberikan mereka pelajaran,” ungkap salah satu mahasiswi Ekonomi & Bisnis 2012 Unisba.
Rangkaian dari Diklat Stuba terdapat aksi Woro-Woro yang diadakan setiap tahunnya. Peserta dihiasi wajahnya, lalu dipakaikan atribut seperti jas hujan, payung, dan kain yang diikatkan di kepala mereka masing-masing. Peserta berjalan mulai dari Kampus Unisba Tamansari, Kedokteran Unisba, Rangga Gading, Rangga Malela dan berakhir kembali di tempat keberangkatan awal. “Jadi, aksi ini bertujuan untuk melatih mental mereka, serta lebih memperkenalkan STUBA juga,” ujar Sucy Sri Hayati selaku Ketua Pelaksana.
Saat aksi Woro-Woro berlangsung, mereka mengekspresikan karakter masing-masing sesuai pilihannya. Setiap gedung Kampus terdapat spot untuk dilakukannya freezing yaitu, diam beberapa menit dengan karakter masing-masing. Peserta yang telat datang harus membacakan puisi yang telah disiapkan panitia sebagai hukumannya.
Menurut Hasyifa Sri Lestari, salah satu peserta Diklatsar Stuba, karakter yang dimunculkan dalam aksi Woro-Woro diantaranya, ada Sony Wakwaw, tukang kredit, nenek-nenek, pengemis, model, wanita centil, dan lain-lain. Setiap tempat yang berbeda, mereka akan mengganti karakter masing-masing. “Kegiatan tadi seru, gokil, bisa mengubah diri aku yang dulunya pemalu jadi engga pemalu lagi terus bisa merasakan kekeluargaan juga,” tuturnya. (Siti Rohimah, Cynthia Novianti/Job)