Seorang mahasiswa membaca buku di Perpustakaan Unisba, Jalan Tamansari No. 1 Kota Bandung, pada Jumat (27/04/2018). (Foto: Indah)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Sejak diberlakukannya perkuliahan daring, Unit Pelaksana Teknis (UPT) perpustakaan Universitas Islam Bandung (Unisba) mengubah sistem administrasi secara daring. Akan tetapi beberapa mahasiswa merasakan kurangnya sosialisasi selama perubahan sistem tersebut, sehingga menghambat proses pengembalian buku.
Kepala UPT Perpustakaan, Arief Dj.Trenawan mengatakan peminjaman dan pengembalian buku dapat dilakukan secara daring melalui website. “Sistemnya dapat diakses melalui website atau aplikasi SiPINTAR. Kemudian buku yang akan dipinjam atau dikembalikan bisa dilakukan secara langsung ke perpustakaan atau menggunakan jasa Go Send/ Grab Ekspres,” Ujarnya melalui pesan daring.
Ia mengatakan, tidak sedikit buku yang telah dipinjam oleh mahasiswa maupun dosen telat dikembalikan. Pada data pengembalian buku Agustus – September 2021 tercatat 23 orang yang belum mengembalikan buku, terdiri dari 13 orang dosen dan 10 orang mahasiswa. Sesuai dengan peraturan, perpustakaan menetapkan adanya sanksi material sebesar Rp. 1000/hari dihitung per jumlah buku yang dipinjam dan berlaku untuk mahasiswa maupun dosen.
Denda tersebut kemudian akan dialokasikan untuk fasilitas perpustakaan seperti administrasi, jamuan tamu, karpet, kopi gratis, permen dan air mineral. Selain fasilitas, denda dapat digunakan sebagai dana sumbangan takziah, kunjungan civitas akademika Unisba yang sakit, dan sumbangan pendidikan bagi anak tata laksana yang kurang mampu. Menurutnya, meskipun kegiatan dilakukan secara daring perawatan fasilitas harus tetap berjalan.
Namun sejak kegiatan operasional kampus berhenti pada Senin (16/3/2020) UPT Perpustakaan memberlakukan kebijakan bebas denda bagi koleksi yang telah dipinjam sebelum pandemi. Kecuali buku yang dipinjam baru saat ini melalui daring, sanksi keterlambatan sudah kembali diberlakukan normal.
Denda yang diterapkan oleh UPT Perpustakaan Unisba sempat dirasakan juga oleh Raden Muhammad Fathur Ginanjar salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Ia mengatakan sempat kebingungan terkait tata cara pengembalian buku selama kegiatan kampus dilakukan secara daring.
“Sempat bingung website yang benernya itu dimana, informasinya kurang. Terus juga nggak bisa mendadak kalau sekarang pinjem buku teh. Jadi harus booking dan itu juga harus nunggu konfirmasi. Ada baiknya diperbanyak lagi gitu sosialisasinya, soalnya kepake banget fasilitas perpustakaan itu. Biar kita bisa langsung pinjam saja ke perpus, nggak usah beli gitu.” Jelasnya.
Senada dengan Fathur, salah satu mahasiswa FEB lainnya, Auranisa Raiferiana justru mengetahui informasi dari seorang teman. Menurutnya sosialisasi perlu dilakukan lebih masif lagi melalui media yang lebih umum diketahui oleh mahasiswa. “Mungkin sosialisasinya lebih di publish lagi di instagram general kaya info mahasiswa Unisba dan lain-lain atau bisa juga disosialisasikan melalui dosen.”
Kesulitan dalam pengembalian buku juga disebabkan oleh posisi mahasiswa yang berada di luar kota Bandung. Seperti dialami Oleh Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom), Maitsa Fauzia yang berdomisili di luar kota mengira jika perpustakaan belum beroperasi, sehingga ia belum mengembalikan buku hingga saat ini.
Maitsa mengatakan, informasi peminjaman buku atau referensi skripsi pun sangat dibutuhkan oleh mahasiswa tingkat akhir. Selain sosialisasi, ia berharap kedepannya koleksi buku perpustakaan Unisba menjadi lebih banyak lagi. terutama buku-buku yang sesuai dengan referensi dosen agar memudahkan proses pembelajaran.
Pewarta: Gina Hafiza
Penulis: Muhammad Rifqi
Editor: Sophia Latamaniskha