Ilustrasi staf BEMU yang menghubungi Presiden Mahasiswa terkait aksi galang dana mahasiswa bantu mahasiswa. (Fais Azhar Djohari/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Terhitung sejak Kamis (9/9), Keluarga Besar Mahasiswa Unisba (KBMU) melakukan gerakan solidaritas yang bertajuk “Mahasiswa Bantu Mahasiswa”. Namun, aksi penggalangan dana bagi mahasiswa yang kurang mampu tersebut tidak dihadiri oleh Presiden Mahasiswa (Presma), Taufik Sirajuddin.
Aksi yang bertempat di Tugu Toga ini merupakan hasil dari konsolidasi KBMU. Salah satu hasil dari konsolidasi yang dilaksanakan pada Jumat (3/9) dan Minggu (5/9) adalah program galang dana “Mahasiswa Bantu Mahasiswa”. Dalam pelaksanaannya program ini dikelola oleh Kementerian Sosial Politik (Kemensospol) Badan Eksekutif Mahasiswa Unisba (BEMU).
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) BEMU, Bintang Raihan menjelaskan saat konsolidasi dilakukan baik Presma maupun wapres tidak hadir. Sehingga yang akan menjalankan program ini adalah anggota KBMU yang menghadiri konsolidasi. Meski begitu, ia tetap melakukan koordinasi kepada pemimpinnya terkait aksi solidaritas tersebut sejak konsolidasi pertama dilakukan.
“Presma dan wapres (wakil presiden) tidak hadir saat konsol. Karena posisi presma sendiri yang masih ada di pontianak,” jelas Bintang pada Jumat (17/9).
Senada dengan Bintang, Komisi A DAMU, Muhammad Azis Aulia Rahman mengatakan Taufik memang tidak berperan langsung dalam program tersebut. Menurutnya hal itu terjadi karena ia tidak hadir dalam konsolidasi sehingga yang mengambil peran untuk jalannya program tersebut adalah anggota KBMU yang hadir.
“Presma tidak berperan langsung dalam program ini karena ini adalah inisiatif semua KBMU istilahnya. Untuk peran secara langsung memang tidak ada karena yang berperan disini itu semua rekan-rekan yang hadir dalam konsolidasi, yaitu pimpinan BEMF dan DAMF, perwakilan BEMU ada Mendagri dan Mensospol, kalau DAMU yang menghadiri dari komisi B dan saya sendiri dari komisi A,” ujar Azis melalui telepon pada, Kamis (16/9).
Ketua BEM Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom), Febri Nur Faturohman pun merasa kecewa dengan ketidakhadiran Presma saat konsolidasi. Menurutnya, seorang pemimpin harus turun langsung dalam program kesejahteraan mahasiswa. Namun ia memaklumi jika memang memiliki kegiatan yang lebih penting sehingga tidak bisa hadir.
“Saya pribadi kecewa, harusnya dengan situasi seperti ini, kasarnya wajiblah bagi Presma dan wakilnya untuk memimpin dan mengawal terus kesejahteraan mahasiswa,” ungkapnya kepada Suara Mahasiswa pada Kamis (23/9).
Walau demikian, program yang dikelola oleh Kemensospol BEMU tersebut berhasil mengumpulkan donasi sebanyak Rp1.700.000 pada Kamis (9/9). Dalam pelaksanaanya, Kemensospol diawasi oleh Dewan Amanat Mahasiswa Unisba (DAMU).
Salah satu mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Fathurrohman juga mengutarakan pendapatnya terkait minimnya peran presma dalam program ini. Ia berpendapat, jika pemimpin tidak harus selalu terjun langsung ke lapangan, cukup dengan memberikan wewenang kepada anggotanya kemudian mengawasi jalannya program. Selain mengawasi seorang pemimpin pun harus dapat mencari solusi jika ada hambatan yang terjadi.
“Saya rasa pemimpin hanya perlu memberi arahan dan wewenang kepada panitianya, serta terus memantau dan turut mencari solusi bila terdapat hambatan. Namun, jika hal tersebut tidak dijalankan maka integritas pemimpin tersebut harus dipertanyakan,” ujar Fathurrohman pada Jumat (24/9).
Sampai berita ini naik, Presiden Mahasiswa masih belum bisa dihubungi untuk dimintai keterangan.
Pewarta: Muhammad Khaira Faiq
Penulis: Muhammad Khaira Faiq
Editor: Sophia Latamaniskha