Caption : Sorge Magazine melangsungkan diskusi mengenai “Camus Dan Budaya Pop” yang dihadiri oleh Kartika Jahja (tengah) dan Herry Sutresna (kanan), dalam rangkaian “Peringatan 100 tahun Albert Camus” di Auditorium IFI Bandung, Jalan Purnawarman no.32, Bandung, Kamis (14/11).
Suaramahasiswa.info, Bandung – Dalam rangkaian “Peringatan 100 tahun Albert Camus”, Sorge Magazine menggelar diskusi bertemakan “Camus dan Budaya Pop” yang berlangsung di Auditorium IFI Bandung, Jln. Purnawarmana no.32, Bandung, Kamis (14/11). Dalam acara tersebut, pihak penyelenggara mengundang Kartika Jahja, aktivis sekaligus vokalis dari Tika And The Dissidents, serta Herry Sutresna yang kerap disapa Ucok, mantan vokalis unit hip hop ternama, Homicide. Isi dari diskusi tersebut mengulas bagaimana pengaruh Albert Camus, pemikir era abad 20 itu terhadap kehidupan dalam budaya populer saat ini.
Budaya populer menurut Herry Sutresna adalah suatu kebudayaan yang punya relevansi dengan masyarakat. “Budaya pop itu sesuatu yang bersentuhan dengan masa, bahkan underground juga bisa disebut budaya tersebut,” tukas pria yang juga memiliki nama lain Morgue Vanguard ini. Sedangkan Kartika Jahja mengaitkan pengaruh dari Albert Camus sendiri bahwa sesuatu yang tersampaikan itu lebih kepada pesan moralnya.“Camus menanamkan sesuatu pada orang-orang sekitar gue, sehingga hal itulah yang gue terapkan” tuturnya.
Wanita yang juga mempunyai rajah ini menambahkan, Camus banyak menginspirasi para seniman atau musisi yang berkarya ketika usia pencarian jati diri. Buah hasil pemikirannya pun ringan dan tidak sulit untuk dicerna. Musisi-musisi kontemporer yang bisa dibilang sangat tersentuh pemikiran maupun karya Camus yaitu The Cure dan Manic Street Preachers.
Selain dua band asal Inggris itu, Herry kembali angkat bicara bahwa seorang John Lennon menangkap apa saja yang telah Camus perbuat. “Saya gatau persis, tapi lagunya yang Imagine banyak terkandung nilai2 Camus” jelasnya.
Lelaki berkaca mata ini mengungkapkan bahwa aplikasi Albert Camus itu lebih sosial dibandingkan dengan filsuf yang juga memegang aliran eksistensialisme, Jean-Paul Sartre yang dinilainya lebih akademik. “Camus itu lebih rock and roll dibanding Sartre” tukasnya.
Di sesi terakhir, dua musisi yang berpengaruh dalam skena musik independen ini menjabarkan bagaimana Albert Camus merasuki pemikiran anak-anak muda masa kini. Herry dengan nada yang tegas menjelaskan, “Kebanyakan anak muda udah tahu rock and roll, jadi anak muda ga perlu Camus untuk tahu rock and roll“.
Sedangkan Kartika Jahja menilai walaupun anak-anak sekarang tidak terlalu menahu Albert Camus, tapi sedikitnya akan ada suatu pemahaman yang serupa dalam hidupnya. “Mungkin hanya 20% anak muda yang baca Camus, tapi 80% lainnya mungkin menerapkan nilai-nilai Camus tanpa dia ketahui, Tapi efeknya tidak akan mengubah hidup kalian seperti (Karl) Marx”, ungkapnya. (Karel/SM)
Foto : Tim Dokumentasi Penyelenggara Acara