Foto: Dokumentasi Suara Mahasiswa
Suaramahasiswa.info, Unisba – Perihal aklamsi Presiden dan Wakil Presden Mahasiswa yang telah disepakati saat audiensi, Annis Irawan selaku Ketua Dewan Amanat Mahasiswa Unisba (DAMU) periode 2013-2014, turut angkat bicara. Saat dihubungi via line pada Jumat (4/11) Annis menjelaskan, jika aklamsi sah untuk dilakukan, namun dirinya tetap menyayangkan hal ini.
“Aklamasi ini bisa jadi barometer kepedulian mahasiswa terhadap organisasi. Masa cuma satu yang mendaftar dari sekian ribu mahasiswa. Kalau pemilu kan mahasiswa punya hak memilih namun kalau aklamasikan lu suka atau enggak, tahu-tahu dia udah jadi Presma,” ungkap alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Baginya aklamasi itu bisa terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya menjadi tanda-tanda matinya jiwa organisasi di pemikiran mahasiswa. Sehingga menurutnya, mahasiswa pada hari ini apatis pada organisasi. Faktor lainnya, menurut Annis karena minimnya publikasi dan sosialisasi tentang pendaftaran Calon Presiden Mahasiswa. “Saya dapat informasi katanya pamflet di lantai tiga dan empat, Tamansari No. 1 sedikit sekali, apalagi di Ranggagading, Ranggamalela dan Hariangbanga,” tuturnya.
Annis menambahkan, pergerakan DAMU dari tahun ke tahun semakin menurun. “Menurunnya juga tidak signifikan lah,” tambahnya. Ia kembali menjelaskan jika DAMU periode ini lebih sibuk mengurusi konflik-konflik internal. Hal ini wajar saja dilakukan menurutnya, namun dengan syarat jangan sampai mengesampingkan hal lain seperti pengkaderan. “Kan DAMU BEMU dan yang lainnya juga butuh untuk mencetak atau mengcreate orang-orang yang bisa melanjutkan kepimpinan,” ujarnya.
Selain itu, ia menjelaskan terlepas dari audiensi, seharusnya DAMU memiliki kebijakan sendiri. Menurutnya Audiensi itu lebih meminta pendapat, tetapi tidak menghilangkan kebijakan DAMU sendiri, “Ketua DAMU kan punya hak perogratif.” Baginya DAMU pun berhak untuk memperpanjang waktu pendaftaran serta perlu memperhatikan keadaan sosiologis mahasiswa Unisba.
“Toh ini belum satu bulan, mungkin publikasi harus lebih kenceng lagi. Banyak metode yang bisa dipakai DAMU seperti seminar, kajian, mimbar bebas, kuesioner tentang kepedulian mahasiswa terhadap organisasi. Nah, saya enggak tahu DAMU melakukan langkah ini, tapi kayanya belum deh. Kayanya baru sampe kesapakan intra kampus.”
Annis pun pada saat menjadi ketua DAMU periode 2013-2014 sempat mengundur empat sampai lima bulan untuk menjaring Calon Presiden Mahasiswa. Hal ini ia lakukan untuk menghindari aklamasi. “Enggak baik lah, dilihat internal dan eksternal kampus. Apalagi kampus kita kan terkenal dengan kampusnya aktivis, kampus pergerakan, tapi di sisi lain kita krisis kepemimpinan. Kan miris,” tandasnya. (Wulan/SM)