Suaramahasiswa.info, Unisba- Pada Sabtu, (14/9) telah berlangsung serangkaian acara yang mengusung tema Black September di Jalan Purnawarman 32 Bandung. Tema ini diusung guna memperingati beberapa peristiwa pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi selama bulan September.
Acara tersebut dimulai pada pukul 10.00 WIB hingga 22.00 WIB. Rangkaian acaranya yaitu Pameran Grafis Art Prints Grimloc, lapakan komunitas, lalu live screen print, sablon t-shirt dan poster, dilanjut penggalangan dana bagi aktivasi gerakan akar rumput, sesi diskusi, dan sesi dengar album Homicide.
Dalam sesi terakhir, ditampilkan audio visual dari album Homicide yang telah dibuat ulang. Morgue Vanguard alias Ucok yang bernama asli Herry Sutresna selaku salah satu anggota grup musik Homicide ungkap bahwa album ini dibuat ulang dalam waktu sekitar dua bulan. Semua komposisi musik diubah kecuali bagian lirik untuk memberi kesan bahwa selama 20 tahun ini permasalahannya sama, tidak ada yang berubah.
Menurutnya, dua puluh tahun September Hitam ini tidak hanya untuk mengenang kejadian yang sudah lalu tetapi untuk mempersiapkan diri menghadapi masa depan. Ucok pun mengatakan bahwa dirinya senang karena acara ini hasil dari kerja kolektif banyak pihak.
“Saya senang karena ini bukan kerja sendiri melainkan hasil kerja kolektif berjejaring dengan banyak teman-teman, bisa bikin sesuatu yang bisa kita tadi itu, poin-poin yang retrospektif mikir ulang kemudian mengaktivasi kawan-kawan supaya ketemu kemudian menyarankan mereka untuk mengorganisir lagi dan lain sebagainya,“ katanya saat diwawancarai pada Sabtu, (14/9).
Selain itu, Ucok berpesan bahwa para mahasiswa perlu aktif dan berpikir kritis untuk banyak mengkritisi dan mempertanyakan berbagai hal. Ia melanjutkan bahwa mahasiswa harus memanfaatkan kesempatan di masa muda sebelum menyesal di masa tua.
“Banyak hal yang bisa dilakukan di rentang waktu umur kalian dalam merubah dunia. Ada peribahasa, waktu itu gak bisa dibeli, jadi sebelum nanti kalian terlambat tua nya, oh saya harusnya mudanya gini, itu lakukan, Rock n Roll aja lah, mungkin,“ ujarnya.
Di sisi lain, salah satu penonton dalam sesi terakhir tersebut yaitu Budi ucap alasan dirinya hadir karena merasa perlu mengingat peristiwa yang terjadi di masa lalu. Ia berharap acara ini terus diadakan guna memberikan informasi yang belum diketahui sebelumnya.
“Acara ini harus terus dilaksanakan, ya, gitu, mengingat acara ini juga memberi banyak informasi yang sebelumnya belum saya tau dan dipaparkan dengan sebegitu detail,” ucap Budi saat diwawancarai pada Sabtu, (14/9).
Penonton lainnya, Ratimaya berharap agar masyarakat semakin sadar akan situasi di Indonesia saat ini untuk dapat menyesuaikan langkah selanjutnya. Ia pun menikmati acara ini karena penyajian rentetan peristiwa dibalut dengan lirik lagu yang mendukung.
“Seru banget karena kita jadi tau rentetan-rentetan peristiwa yang terjadi selama 98 sampai 2004 yang dirangkum dengan apik, gitu, dengan arsip yang juga memadai ditambah dengan lirik lagu yang juga mendukung gitu, akhirnya sangat menikmati banget,” tuturnya.
Ucok menambahkan bahwa ia berharap acara ini bukanlah pertemuan terakhir dengan para solidaritas. Melainkan menjadi ajang awal dari kesempatan untuk bertemu kembali di acara-acara mendatang.
Reporter: Sopia Nopita/SM
Penulis: Linda Puji Yanti/SM
Editor: Syifa Khoirunnisa/SM