Wakil Rektor (Warek) II, Atih Rohaeti Dariah bersama seorang perwakilan dari Gugus Satgas Kota Bandung sedang menentukan posisi pemindaian sertifikat vaksin Peduli Lindungi di Kampus Unisba, Jl. Tamansari No. 1 Kota Bandung pada Senin (22/8). (Foto: Sophia Latamaniskha/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba- Gugus Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Kota Bandung baru melakukan peninjauan lapangan di kampus I Universitas Islam Bandung (Unisba) pada Senin (22/8), lima hari sebelum kegiatan wisuda gelombang II dilaksanakan. Hal ini dinilai terlalu mendadak sehingga menyebabkan kurangnya persiapan dari peserta maupun panitia.
Wakil Rektor (Warek) II, Atih Rohaeti Dariah mengatakan pihak kampus baru mengajukan permohonan izin kepada Satgas Kota Bandung pada Kamis (11/8). Adapun tujuan dari peninjauan ini adalah melihat kelayakan tempat agar sesuai dengan peraturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level I di Kota Bandung.
Menurutnya kapasitas yang ada di kampus Unisba mampu menampung peserta sesuai dengan peraturan. “Kapasitas yang ada dapat menampung sekitar 2.600 orang, sementara peserta dan panitia yang akan datang mencapai 1.265 orang.” Ungkapnya saat diwawancarai pada Senin (22/8).
Adapun Persentase jumlah maksimal orang yang sesuai dengan aturan PPKM level I adalah 70% dari total kapasitas tempat. Selain itu syarat yang harus dipenuhi pihak kampus adalah ketersediaan pemindai sertifikat Peduli Lindungi, himbauan tidak membawa kendaraan pribadi serta pengarahan agar peserta langsung meninggalkan tempat setelah acara selesai.
Selain itu, Atih Mengatakan jika pihak Satgas memastikan jika peserta dan orang tua yang hadir harus sudah melaksanakan vaksinasi ketiga. Oleh karena itu pihak kampus diharuskan menyediakan gerai vaksin bagi peserta maupun orang tua yang belum melakukan vaksinasi ketiga.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Kesehatan (UPTK) Unisba, Fajar Awalia menanggapi jika penyediaan gerai vaksin di hari pelaksanaan tersebut terlalu mendadak. Penyediaan vaksin berdasarkan izin dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat dan tidak dapat secara bebas diberikan.
“Kegiatan resmi harusnya ada perencanaan, kalau mendadak begini ya pelaksanaannya (gerai vaksin) mendadak juga. Tapi mau nggak mau harus dilaksanakan.” Jelasnya pada Senin (22/8).
Menanggapi hal tersebut, salah seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom), Dea Anggraeni mengaku jika tidak ada pemberitahuan di Sistem Informasi (Sisfo) maupun secara langsung tentang diharuskannya vaksinasi ketiga dalam mengikuti wisuda offline.
“Nggak ada pemberitahuan apapun soal vaksin booster. Cuman ada pemberitahuan tanggal pelaksanaan di Sisfo, itu pun masih tentatif.” Ujar Dea saat diwawancarai dalam jaringan (daring) pada Senin (22/8).
Di luar itu, terlambatnya peninjauan kelayakan tempat juga berpengaruh terhadap pembagian jadwal sesi wisuda yang mendadak. Dea mengeluhkan jika pembagian jadwal mendadak akan sulit dalam mengatur penyewaan, seperti fotografer, foto studio maupun tata rias.
Senada dengan Dea, salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Evita Aryani Maheswari mengaku kesal mengetahui informasi jadwal sesi yang mendadak. Menurutnya beberapa mahasiswa sudah memesan tata rias di pagi hari, sedangkan kenyataannya mendapatkan sesi siang hari.
“Harapannya lebih dipersiapkan aja sih karena wisuda ini sekali seumur hidup. Sayang kalau calon wisudawan sudah menyiapkan semuanya tapi ternyata jadwalnya nggak sesuai dengan yang mereka siapkan.” Ungkapnya saat wawancara daring pada Selasa (23/8).
Reporter: Sophia Latamaniskha dan Zakiy Ahmad Mahardika
Penulis: Tsabit Aqdam Fidzikrillah
Editor: Sophia Latamaniskha