Foto : Dokumentasi Pribadi
Suaramahasiswa.info, Bandung – Dewasa ini, kecanggihan dan modernisasi amat mendukung untuk menghasilkan suatu karya. Dunia berubah karena adanya ide-ide kreatif dari para kreator dan penemu. Untuk membuat suatu ide gagasan dan karya seni, tidak terlepas dari seperangkat media dasar; pensil dan kertas. Itulah yang membuat Taufik Haris, Kuntara, dan Djajat Sudrajat untuk menamai komunitas yang dibuatnya.
Kali ini Suara Mahasiswa memiliki kesempatan untuk berbincang dengan Komunitas Pensil Kertas pada Senin (11/9). Bertempat di jalan Banjarsari 9 nomor 3, perbincangan diawali dengan rasa penasaran saya mengapa komunitas ini dinamakan Pensil Kertas.“Kita tidak akan melupakan yang namanya dasar, jika seandainya tidak ada dasar, hal besar tak akan tercipta karna kita melewati step awal itu,” tutur pria yang akrab disapa Kukun tersebut.
Komunitas yang berdiri di Bandung pada 13 Februari 2009, dan hingga kini menjadi wadah para penggila karya seni dalam berekspresi dan memperkenalkan karya kepada khalayak luas. Diawali dari perkumpulan tiga sekawan yang memiliki kesamaan hobi dan visi untuk ikut andil dalam mewujudkan Kota Kembang menjadi City of Design. Mengingat syarat untuk mendapat predikat tersebut adalah dengan besarnya potensi warga Bandung terhadap kreatifitas khususnya di bidang fashion dan design. Komunitas Pensil Kertas hadir untuk menampung, mengelola, dan menyalurkan bakat seni yang dimiliki masyarakat Kota Kembang ini.
Di usia yang hampir menginjak delapan tahun ini, komunitas pensil kertas berhasil menghipnotis para penggila seni untuk bergabung ke dalam perkumpulan tersebut. Tak heran, member resmi komunitas ini mencapai 413 orang di Bandung. Komunitas yang rutin berkumpul di Car Free Day (CFD) Dago ini memiliki cabang di beberapa Kota besar. Beberapa kota seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi, bahkan Kota Sopeng di Sulawesi Selatan tidak ketinggalan mereka jamahi. Tentu perkembangan komunitas ini juga tak urung dari peran media sosial yang mereka pakai sebagai wadah memamerkan karya member komunitas ini.
Kukun menambahkan, karya anggota Pensil Kertas nantinya akan di pamerkan pada acara pameran rutinan yang diadakan komunitas ini. Tak jarang pula lukisan mereka dipajang saat kumpul di CFD, dan di posting di akun Instagramnya. “Program mingguan kita adakan kegiatan di CFD, ada pula pameran wajib setiap milad kominitas kami, itulah momen dimana kami memamerkan karya – karya member Pensil Kertas,” ucap Kukun.
Komunitas ini termasuk banyak disoroti oleh masyarakat yang datang ke CFD Dago karena kepandaiannya menghasilkan suatu karya. Seperti yang diungkap Ranggap Satria Buana, saat sedang berjalan santai di area CFD ini pada Minggu (17/9). “Keren juga komunitas ini. Cuma pake pensil, apalagi pake pulpen dan spidol itu kan ga bisa dihapus, tapi luar biasa gambarnya bagus sekali,” ungkapnya sambil memegang sosis panggang yang ia beli.
Perkembangan yang cukup pesat dirasakan oleh desainer Mural setelah bergabung dengan Komunitas Pensil Kertas. Dipaparkan Setiawan Raka Rudiansyah, salah seorang anggota yang sudah memasuki tahun kedua di perkumpulan ini. “alhamdulillah ada tempat belajar, daripada ikut komunitas yang macam-macam lebih baik kesini yang jelas positif dan produktif,” ungkap pria lulusan jurusan Seni Rupa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 14 ini.
“Relasi alhamdulillah semakin banyak, member yang join itu kan dari background dan karakter gambar yang berbeda beda, dari anak sekolah sampai pegawai negeri. Ada yang memang sudah mahir, ada pula yang masih pemula. Disini kita sharing sehingga yang jago bisa berbagi ilmu dan yang masih perlu belajar bisa berguru dengan yang jago,” tambah pria pemegang medali perunggu lomba mural Honda Part Jawa Barat ini.
bakatnya terhadap seni tak membuat mereka besar kepala, terbukti pada 10 Juli 2017 lalu perkumpulan Pensil Kertas sukses mengadakan workshop dan seminar di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Bandung. Tak hanya itu, dalam waktu tiga bulan sekali, Pensil Kertas mengadakan kegiatan sosial dengan mengadakan workshop teknik menggambar bersama anak-anak panti asuhan. (Loudra Andhika/SM)