Aksi panggung Mooner di gelaran Fikom Festival bertajuk Fantasy Social Cultural and Empathy (Fun Society) di Teater Terbuka Dago Tea House, Kota Bandung. Acara yang tersaji pada Sabtu (16/12/2017) ini turut menampilkan musisi Mustache and Beard dan Tiga Pagi. (Puspa/Job)
Suaramahasiswa.info, Bandung – ‘Anganku hilang tak kembali’, penggalan lirik lagu Alang-alang dari band Tiga Pagi menjamu saya saat menyambangi pagelaran Fikom Festival malam itu, Sabtu (16/12). Acara yang bertempat di Dago Tea House, Kota Bandung ini mengusung tema Fantasy Social Cultural and Empathy. Selain Tiga Pagi, FikomFest juga menampilkan musisi Mustache and Beard dan Mooner.
Tak perlu lama, saya pun langsung menempati salah satu tempat yang kosong. Rintik hujan tak menyurutkan antusias penonton ‘tuk menikmati gelaran musik yang diadakan tiap tahun ini. Usai Tiga Pagi memanjakan saya dan penonton lain, penampilan musik dilanjutkan oleh Mustache and Beard. Grup band yang memiliki karakter para personilnya brewok ini, membawakan sembilan lagu. Salah satu lagunya berkolaborasi dengan Paduan Suara Mahasiswa (Pasuma) Unisba.
Malam semakin larut, pengunjung semakin berdatangan. Puncak penampilan ditutup oleh Mooner yang terkenal dengan aliran musik Pariaman Blues-nya. Lagu seperti Ingkar, Buruh atau Pemburu, Fana serta Serikat Penyembuh disuguhkan. Aksi panggung yang enerjik menimbulkan moshing oleh penonton. Bassist Mooner Rekti Yoewono mengaku sempat ragu untuk tampil sebab cuaca yang tidak bersahabat. “Enggak nyangka acaranya bakal ramai padahal lagi hujan,” kata pria berambut gondrong itu.
FikomFest menjadi rangkaian terakhir, hal itu diutarakan ketua pelaksana Adrian Eko. Ia menjelaskan rangkaian sebelumnya terdiri dari Spirit of Concern (Spoken) dan Manifestion Your Cultural (Mural). “Spoken menekankan pada kepedulian sosial dengan terjun ke lingkungan masyarakat, sedangkan Mural memiliki citra seni budaya tradisional berbentuk talkshow,” ujar mahasiswa Jurnalistik 2014 itu. (Febrian/SM)