Illustrasi Arief Muhammad yang sedang membagikan uang menggambarkan tren Ikoy-Ikoyan. (Fahriza Wiratama/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba – “Bang mau laptop dong buat adik saya sekolah online.”
“Bang minta kemeja putih dong untuk sidang saya,”
“Pengen dapet jatah ikoy dong bang,”
Beberapa kalimat diatas adalah pernyataan yang sering disampaikan oleh followers Arief Muhammad dengan maksud meminta sesuatu. Yang menarik perhatian adalah Arief membalas hal tersebut dengan ucapan,
“Woy Koy kirimin dia kemeja putih,”
“Koy kirimin dia duit Rp1.000.000,”
“Koy tolong beli makanan dia ya,”
Dan ucapan lainnya yang mengarah pada suatu subjek yaitu “Ikoy.”
Ikoy sendiri adalah salah satu karyawan Arief dengan nama asli Rizqi Fadhilah. Ia merupakan orang yang sering diminta oleh Arief untuk mengirimkan permintaan dari netizen. Permintaan bisa berupa makanan, minuman bahkan sampai membeli barang yang dijual oleh netizen.
Rutinnya Arief melakukan hal tersebut tentu menarik perhatian, hingga viral menjadi sebuah tren yang ramai disebut “Ikoy-Ikoyan.” Tak ayal, netizen pun meminta hal tersebut kepada influencer atau selebgram lain, sehingga beberapa selebgram seperti Fadil Jaidi dan Tasya Farasya pun mengikuti hal tersebut.
“Ikoy-ikoyan” sendiri mendapatkan reaksi pro kontra dari khalayak. Ada yang menganggap bahwa tren ini seru dan juga berdampak baik bagi setiap kalangan karena dianggap dapat memberikan kebahagiaan. Namun timbul pula persepsi kontra karena dianggap bisa memperburuk mental bangsa sebab menganggap lumrah hal meminta-minta.
Seorang antropolog, Parsudi Suparlan mengatakan bahwa dengan budaya meminta-minta tentunya akan membuat kita menjadi malas dan akan menghambat pembangunan bangsa. Pun sebagai manusia kita harus bisa bersaing demi bertahan hidup dan jangan hanya mengandalkan untuk meminta-minta saja. Selagi kita berkecukupan dan memiliki penghasilan sebaiknya jauhi dari meminta-minta dan jangan dijadikan suatu kebiasaan.
Selain itu, dilansir Kompas.com menurut seorang Psikolog, Lucia Peppy juga menjelaskan bahwa “ikoy-ikoyan” ini merupakan bentuk lain dari giveaway. Menurut Lucia, sejumlah selebgram yang menanggapi tren ini sebagai mengemis menganggap bahwa ada satu pihak yang diuntungkan dan dirugikan. Orang yang dirugikan merasa kewalahan dan memicu perasaan tidak suka, pun dapat mempengaruhi mental yang memicu stimulus negatif.
Tentunya, penyebaran tren oleh seorang influencer dapat memberikan dampak yang sangat terasa bagi khalayak. Sebagian orang mungkin menganggap hal ini menguntungkan karena begitu bermanfaat. Namun, ada pula orang yang melihat dari sisi negatif sehingga dianggap hal yang buruk. Ada baiknya, sebagai manusia kita tetap bijak dalam menyaring informasi, jangan terlena dengan tren yang ada hingga lupa pada realitas yang ada.
Penulis: Najmyzar Ichsanoory
Editor: Tazkiya Fadhiilah Khoirunnisa