llustrasi seseorang tengah memberikan komentar negatif bernada seksual di sosial media. (Faiz Azhar Djohari/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Zaman sekarang media sosial seperti Instagram, Twitter, Tiktok, Facebook, dan Youtube digunakan oleh semua kalangan sebagai sarana komunikasi, mencari rezeki hingga mencari pendamping hati. Selain itu kita juga dapat menemukan berbagai konten yang dibuat oleh seseorang, baik dalam bentuk tulisan, foto, maupun video. Disana, setiap orang bisa dengan bebas mengekspresikan diri dengan dengan konten-konten yang mereka buat tersebut.
Namun, tidak sedikit pula orang yang menggunakan media sosial dengan seenaknya tanpa etika. Akibatnya, beragam konten hingga komentar negatif pun bermunculan, bahkan dapat merugikan beberapa pihak. Adapun bentuk kebebasan berekspresi yang disajikan menimbulkan kesan kebablasan. Berbagai tindakan kebablasan seperti membuat konten yang tidak pantas, memberikan komentar berbau seksual, bullying, body shaming, diskriminasi, bahkan menyebarkan berita bohong yang tanpa sadar menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna lainnya.
Banyak dari mereka yang berlindung dibalik kebebasan berekspresi sebagai tameng untuk membenarkan tindakan yang justru tidak pantas. Oleh karena itu, untuk menjaga kenyamanan sesama pengguna, dalam kehidupan bermedia sosial juga harus beretika.
Menurut J.S Poerwadarminto, Etika merupakan ilmu pengetahuan mengenai suatu perilaku atau perbuatan manusia yang dilihat dari sisi baik dan buruk yang dapat ditentukan oleh akal manusia. Jadi, jika ingin dinilai baik maka beretikalah dengan baik dalam kehidupan ini.
Beberapa hari lalu publik dihebohkan dengan cuitan rasis milik seorang wartawan Tirto bernama Mohammad Bernie. Ia dianggap menghina Jokowi dan merendahkan masyarakat adat Suku Baduy, Banten.
“Azzzsksksks Jokowi make baju adat Baduy cocok bgt, tinggal bawa madu + jongkok di perempatan” tulis Bernie di akun twitternya.
Cuitan bernada rasis tersebut tentunya menimbulkan reaksi yang nano nano dari beberapa pihak. Mulai dari ulama hingga kalimat-kalimat pamungkas netizen yang membanjiri kolom cuitan milik Bernie. Salah seorang netizen pemilik akun twitter @vivian_deella_riezqy_anwar turut memberikan reaksinya.
“Gimana ya tanggapan @TirtoID terhadap twit wartawannya, Mohammad Bernie yang rasis ini, menghina Jokowi dengan cara merendahkan suku Baduy. Mari kita tunggu jawabannya @TirtoID” ujarnya di twitter pada hari Senin (16/8).
Memang di media sosial sering kita jumpai orang-orang dengan jempol yang iseng hendak berkomentar. Bukan hanya bernada rasis, komentar negatif yang bernada seksual pun menjamur di media sosial.
“Gede ya kayak mangkok…”
“Modelan kek gini biasanya pink nih…”
“Duhh badannya m**tok banget…”
“Pahanya mulus yaa!”
Belum lagi konten atau komentar yang mengarah pada bullying dan body shaming yang juga kerap melukai korban. Media sosial belakangan memang membuat banyak orang merasa frustasi dengan sesama penggunanya yang tidak beretika.
Kata-kata yang dilontarkan tersebut tentu jauh dari kata sopan. Oleh karena itu, jika ingin mengomentari seseorang, gunakanlah etika berpikir sebelum bicara. Dengan memikirkan kembali apa yang akan dituliskan atau diucapkan kepada orang lain, kita akan terhindar dari konflik saling tersinggung hingga berbuntut pada kesalahpahaman yang fatal.
Dilansir dari kompas.com laporan terbaru Digital Civitily Index (DCI) menyatakan tingkat kesopanan digital netizen Indonesia menempati urutan terbawah di Asia Tenggara pada tahun 2020 dengan naik menuju peringkat 76. Bisa diartikan bahwa netizen Indonesia memiliki kesopanan yang amat minim di media sosial.
Maka dari itu untuk meminimalisir hal tersebut, kita harus menerapkan berbagai etika ketika menggunakan media sosial. Pada jurnal yang berjudul Etika Komunikasi Dalam Menggunakan Media Sosial (Instagram) dituliskan beberapa etika yang bisa dilakukan di media sosial, diantaranya memakai tutur kata yang baik ketika membuat konten dan memberikan komentar kepada orang lain, tidak menggunakan kata-kata kasar juga bernada seksual.
Jadi bagaimana sobat kampus, apakah kalian sudah beretika dalam media sosial?
Penulis: Gina Hafiza
Editor: Sophia Latamaniskha