Sosok Che Guevara sang Pejuang Revolusi Kuba bersama dengan istri keduanya, Aleida March. (Foto: Irishcentral.com)
Suaramahasiswa.info, Unisba– Di balik perjuangan dan kisah heroiknya, seorang Argentina yang terkenal sebagai ikon revolusi Kuba ini memiliki kisah unik dan rumit dalam urusan percintaan. Ernesto Guevara de la Serna atau lebih dikenal sebagai Che Guevara adalah pria yang tampan dan percaya diri namun adil terhadap wanita.
Che Guevara dibesarkan dari latar belakang keluarga berhaluan kiri dan membuat dirinya menjadi seorang yang peduli pada kaum miskin dan tertindas. Atas dasar inilah dirinya mempunyai hasrat yang kuat untuk pergi berpetualang mengelilingi Amerika Selatan untuk menolong orang-orang tersebut.
Namun, sebelum itu Che Guevara pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita bernama Maria Del Carmen Ferreyra atau akrab disapa Chichina. Kisah mereka terekam dalam surat yang Che berikan padanya. Nampaknya wanita tersebut berhasil memikat sang Revolusioner hingga mereka memiliki hubungan yang dekat.
Singkatnya, Che pernah mendatangi Chichina untuk meminta hubungan yang formal namun bukan pertunangan, lalu permintaan itu diterima olehnya. Sampai pada tahun 1951, Che sendiri menghadapi dilema, rasa cintanya kepada Chichina terbentur dengan rasa cintanya akan kebebasan.
Che merasa wanita yang menjadi pacarnya tersebut hanya menjadi sebuah penghalang. Ditambah lagi, ia menyadari adanya perbedaan di antara mereka. Chichina yang terlihat anggun dan menawan sangat berbanding terbalik dengan sosok Che Guevara yang semrawut.
Namun, ketidakberlanjutannya hubungan mereka bukan didasari oleh hal-hal semacam itu, keputusan tersebut lebih disebabkan oleh rasa cintanya pada kebebasan. Hingga akhirnya, ia mulai melakukan perjalanan mengelilingi Amerika Latin untuk yang pertama kalinya.
Perjalanan panjang Ernesto muda mengelilingi Amerika Selatan menuntunnya pada pertemuan dengan seorang ekonom, pemimpin komunis, dan pengarang berkebangsaan Peru, ia bernama Hilda Gadea Acosta. Akhirnya ia tertarik dan menikah di Meksiko pada September 1955.
Lagi-lagi, Che kerap dibenturkan dengan pilihan antara cinta dan perjuangan, namun ia lebih memilih revolusi. Keberlanjutan ini mengharuskan dirinya melanjutkan gerakan revolusi Kuba dan harus meninggalkan Hilda serta anaknya.
Di tengah perjuangan revolusi tersebut, Hilda mendapat kabar bahwa Che telah terpikat oleh wanita lain, lalu meminta cerai. Akhirnya mereka berpisah pada Mei 1959. Kendati telah berpisah, Hilda tetap mendukung dan loyal pada gerakan Politik Guevara.
Setelah perceraian tersebut, Ia tertarik kepada seorang wanita muda yang sama-sama berjuang untuk Gerakan 26 Maret, bernama Aleida March. Dalam memoarnya, Aleida menuturkan cerita ini dimulai dengan pertemuan pertama mereka di Pegunungan Escambray selama perang Revolusi Kuba. Che saat itu sudah menjadi pemimpin pasukan bertemu dengan Aleida yang aktif dalam gerakan bawah tanah perkotaan. Hingga akhirnya mereka menikah pada 2 Juni 1959.
Beberapa tahun berlalu, Aleida baru mengetahui tentang dilema yang Che miliki. Mengutip dari The Sydney Morning Herald, “Sebuah surat yang dikirimnya dari Kongo pada tahun 1965, sebuah surat yang penuh dengan nostalgia dia menggambarkan bagaimana perasaannya terbelah antara perannya sebagai seorang revolusioner yang sangat disiplin dan sebagai orang biasa dengan kebutuhan emosional dan kebutuhan lainnya.”
Che meninggalkan Aleida dan anak lelakinya yang baru lahir untuk bergegas pergi ke Kongo untuk pergerakan yang bahkan tidak berbuah apa-apa. Pada akhir tahun 1966 Che pergi ke Bolivia untuk berjuang di sana, namun pada 8 Oktober dirinya tertangkap oleh tentara Bolivia hingga dieksekusi di kemudian hari.
Penulis: Fikri Rizal Naufal/SM
Editor: MUhammad Irfan/SM