Foto ilustrasi mahasiswa yang salah membuang plastik ke tempat sampah organik. (Foto: Melani Sri Intan/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba- Saat ini, berbagai fenomena alam sudah banyak dirasakan oleh seluruh penduduk Indonesia maupun dunia, mulai dari perubahan iklim yang tidak menentu, curah hujan yang tinggi, angin puting beliung, hingga panas ekstrim yang berkepanjangan. Hal-hal tersebut sering dikaitkan dengan isu pemanasan global yang sudah seharusnya menjadi salah satu perhatian utama di khalayak umum.
Pemerintah Indonesia pun sudah mengambil berbagai langkah dalam menghadapi isu lingkungan tersebut, salah satunya program kampus ramah lingkungan atau green campus. Program ini bertujuan untuk mengajak civitas akademika agar berperan aktif dalam memperhatikan kesehatan dan lingkungan di sekitarnya.
Perguruan tinggi memang seharusnya berkontribusi terhadap permasalahan bangsa dan dunia, termasuk kontribusi terhadap permasalahan terhadap lingkungan. Pejabat Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), Illah Sailah dalam wawancaranya dengan Sindonews pada 2015 menjelaskan bahwa program green campus ini sudah ada sejak 2007 lalu. Tetapi sayangnya, masih ada beberapa kampus yang belum menerapkan program tersebut.
Salah satu kriteria yang ditetapkan dalam green campus adalah pembangunan infrastruktur untuk penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Dijelaskan dalam Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi (ReTII) ke-12 pada tahun 2017, bahwa pemerintah sudah mengatur proporsi penyediaan RTH sebanyak 30 persen dengan tiga pembagian, yaitu RTH pekarangan atau halaman, RTH taman dan RTH jalur hijau jalan.
Berdasarkan peraturan tersebut, pembangunan infrastruktur kampus yang berkonsep green campus ini dapat dijadikan sebagai pendukung dalam menghasilkan lingkungan yang bersih dan sehat. Selain itu, penyediaan ruang terbuka hijau dapat menyumbangkan udara segar bagi lingkungan kampus yang terletak di tengah kota-kota besar yang penuh dengan berbagai polusi.
Meskipun demikian, dalam penerapannya program ini tidak hanya berorientasi pada banyaknya pepohonan hijau, ada beberapa indikator keberhasilan dalam pelaksanaannya. Dikutip dari hypeabis.id, beberapa indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan green campus, yaitu efisiensi lahan terbuka hijau, efisiensi penggunaan listrik, penggunaan air serta pengelolaan sampah di lingkungan kampus.
Dari banyaknya kampus di Indonesia, Universitas Islam Bandung (Unisba) termasuk ke dalam kampus yang sudah menerapkan visi mewujudkan green campus, walaupun pada praktiknya masih dipertanyakan. Anissa Puspadina dan Lely Syiddatul Akliyah, dalam penelitiannya pada tahun 2020 tentang Prioritas Penanganan Penerapan green Campus di Unisba menjelaskan bahwa penyediaan RTH di Unisba masih minim, baik dari keterbatasan jumlah pohon serta belum maksimalnya sarana prasarana peresapan air.
Berdasarkan survey dan analisis dalam penelitiannya, didapatkan hasil bahwa ketersediaan RTH di Kampus Unisba Taman Sari hanya sekitar 13,1 persen dari total luas lahan yang terbangun. Hasil tersebut bahkan tidak memenuhi setengah dari standar penyediaan RTH di kampus, yaitu 30 persen.
Selain penyediaan RTH, pola pengelolaan sampah di Unisba masih belum maksimal, seperti halnya pemisahan sampah dan belum adanya Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) sendiri. Hal tersebut disebabkan oleh besarnya dana yang dibutuhkan untuk penyediaan sarana prasarana serta minimnya lahan untuk tempat sampah.
Bahkan Ketua Pusat Pengkajian Lingkungan Hidup (P2LTH), Imam Indratno pun mengatakan bahwa Unisba belum dapat menerapkan konsep green campus. Menurutnya, hambatan yang paling berat dalam menerapkan konsep tersebut adalah efisiensi energi. Salah satu contohnya dapat dilihat dari kurangnya efisiensi dalam penggunaan penyejuk udara (AC), khususnya di gedung Dekanat.
Unisba sudah menerapkan visi untuk mewujudkan green campus dengan beberapa program seperti memberikan botol minum isi ulang, penerapan kawasan bebas asap rokok dan penyediaan air minum bagi mahasiswa. Pada kenyataannya, masih banyak hal lain yang belum mumpuni sehingga Unisba layak dikatakan sebagai green campus.
Penulis: Melani Sri Intan
Editor: Tsabit Aqdam Fidzikrillah