Suasana pengecekan tangki Instalasi Pengolahan Air Limbah Klinik Pratama Unit Pelaksana Teknis Kesehatan (KP UPTK) Universitas Islam Bandung (Unisba), di tempat parkir Unisba, Jalan Tamansari No.1 pada Rabu, (10/8/2022). (Foto: Syifa Khoirunnisa/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba- Klinik Pratama Unit Pelaksana Teknis Kesehatan (KP UPTK) Universitas Islam Bandung (Unisba) menghasilkan limbah medis padat sekitar dua puluh lima kilogram dalam lima hari. Masker menjadi salah satu limbah yang meningkat selama pandemi Covid 19.
Walau demikian, banyaknya limbah yang dihasilkan oleh klinik tergantung dari banyaknya tindakan. Terkait hal ini Kepala KP UPTK Unisba, Fajar Awalia Yulianto menjelaskan pihak klinik telah melakukan antisipasi lonjakan limbah medis dengan mengendalikan penggunaan masker.
“Kita upayakan pengendalian pemakaian, cuma permasalahannya ya tergantung dari keadaan. Kalau misal tidak ada pasien yang dicurigai Covid, masih bisa menggunakannya (masker) dalam satu shift kerja. Tapi kalau ada yang diduga Covid, wajib ganti masker.” Ungkapnya pada Selasa, (9/8).
Ia mengatakan, pada tahun 2019 KP UPTK Unisba telah menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk pengolahan limbah medis cair. Sedangkan untuk limbah medis padat akan masuk ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) kemudian diangkut oleh pihak ketiga untuk diolah.
Pengangkutan khusus limbah medis padat ini dilakukan karena ia bersifat infeksius, sehingga berbahaya kesehatan jika disatukan dengan pembuangan domestik. Selain itu, penanganan langsung limbah medis padat juga memiliki risiko, sehingga petugas wajib memakai Alat Pelindung Diri (APD), masker, dan sarung tangan.
Sedangkan limbah medis cair dapat dibuang langsung ke wastafel yang berada di tempat tindakan. Lalu limbah akan otomatis mengalir ke IPAL untuk disaring dan disalurkan ke selokan domestik.
“Jadi kalau pengelolaan limbah medisnya ada, tapi yang cair. Limbah cair diolah, kita ada SPAL-nya. Limbah padat doang yang diserahkan (pihak ketiga), karena yang padat itu pengolahannya lebih kompleks jadi kita gak bisa olah sendiri. Pengolahan limbah cair kan itu juga syarat untuk berdirinya klinik. Klinik ini gak akan ada kalau gak ada SPAL-nya.” Jelasnya.
Salah satu petugas limbah medis KP UPTK Unisba, Lesmana Putra mengatakan kondisi pengolahan limbah cair sebelum adanya IPAL hanya ditampung di septic tank. Kemudian limbah cair akan disalurkan ke selokan domestik.
Ia pun menjelaskan, terkait pengeksekusian limbah padat akan diangkut setelah TPS sudah penuh dengan berat minimal 25 kilogram. Dan biasanya tim pengangkut akan dibayar dengan kisaran harga lima belas ribu per kilo dalam sekali angkut.
Dalam menjalani tanggung jawab menangani limbah medis di KP UPTK, Lesmana berharap agar selalu diberikan keselamatan saat bekerja. “Harapan saya semoga selalu diberi kesehatan dan dijauhi dari marabahaya apapun.” ujarnya.
Penulis: Syifa Khoirunnisa
Reporter: Syifa Khoirunnisa
Editor: Sophia Latamaniskha