Kini asap dari kebakaran hutan di beberapa daerah Indonesia menggerogoti kesehatan juga ketenangan. Bukan saja manusia lokalnya yang terkena bencana, masyarakat yang tidak terkena pun ikut latah terbakar, bukan hutan, tapi kebakaran jenggot. Geram dan marah tentu sebuah kewajaran. Musababnya karena Hutan Bumi Pertiwi yang seharusnya dijadikan ‘pabrik oksigen’, kabarnya dibakar habis demi perluasan lahan sawit. Sebenarnya, polusi udara yang berbahaya nan meresahkan bukan saja terjadi karena pembakaran hutan atau lahan. Asap dari pembakaran daun tembakau kering, yang digulung bersama kertas pun sama bahayanya dengan pembakaran hutan. Semua orang seiya-sekata dengan ini.
Alasannya sungguh masuk akal, daun tembakau kering yang sering dibakar dan dihisap ini telah mencandukan manusia Indonesia mencapai angka 58.750.592 pada tahun 2013. Yang berarti jumlahnya 10 kali lipat dari jumlah penduduk Singapura. Itu pada dua tahun lalu, dan setiap tahun pergerakan perokok Indonesia mengalami kenaikan.
Sebagian besar pecandu rokok berusia produktif. Mahasiswa yang tiap hari digembleng dengan ilmu dan pengetahuan harusnya sadar akan bahaya rokok dan harus meninggalkannya. Apalagi kita mahasiswa Unisba, yang konon setelah lulus akan menjadi seorang Pejuang, Pemikir dan Pembaharu.
Okay, bila tidak ingat, mari kita ingat bersama hal klise yang berbahaya dari rokok, dan kenapa kita harus melupakan rokok, bukan menolak lupa untuk rokok. Berikut tiga alasan paling masuk akal kenapa kita harus meninggalkan rokok.
1. Rokok Sungguh, dengan Penuh Kesungguhan Berbahaya Bagi Kesehatan
Rokok itu berbahaya bung, bagi kesehatan. Pasti sudah tahu kan? Mari kita tengok deretan penyakit kelas kakap yang dihasilkan rokok. Yang tak main-main, berbagai penyakit itu bisa menghilangkan kita di bumi ini. Bahan kimia dari rokok sendiri kurang lebih menghimpun 4000 zat yang setidaknya bisa menghasilkan ‘buah tangan’ berupa penyakit.
Diantaranya kanker yang jenisnya beragam, setidak-tidaknya ada tiga kanker yang begitu tidak menyenangkan jika ada dalam tubuh kita. Seperti kanker paru-paru, kandung kemih dan kerongkongan, serta kanker-kanker lainnya. Selain itu, penyakit jantung dan serangan jantung akan datang tak diundang. Juga bagi kejantanan pria impotensi akan bersarang dalam tubuh, dan pada wanita gangguan janin pasti menghinggap jika kita masih kecanduan rokok. Serta penyakit-penyakit lain yang tak kalah ganasnya dengan penyakit yang disebutkan tadi.
2. Rokok Itu Sungguh Memiskinkamu
Mari kita hitung-hitungan. Jika harga rokok per bungkus harganya 12 ribu. Analogikan satu orang akan menghabiskan satu bungkus yang harganya 12 ribu dalam satu hari, dikali dalam satu bulan maka berjumlah 360 ribu. Itu satu bulan, jika dikalikan dalam satu tahun maka totalnya 4 juta lebih, uang yang berjumlah 4 juta kita bakar sia-sia untuk mengundang penyakit.
Mari kita jumlahkan angka empat juta untuk satu orang itu dengan perokok aktif Indonesia yang berjumlah 60 juta jiwa. Jika ditotalkan maka, 250 trilyun rupiah penduduk Indonesia dalam satu tahun ‘membakar’ uangnya, ‘menukar’ kesehatannya dengan daun tembakau kering.
Bagaimana, masih ingin merokok? Atau memang sudah memiliki tambang batu bara? Atau punya kilang minyak di Arab sana? Sehingga kita rela menggelontorkan uang yang tidak sedikit demi rokok. Silahkan berpikir ulang wahai mahasiswa.
3. Jangan Ingin Diperbudak Oleh Rokok
Punya teman yang sibuk mencari rokok ketika ingin buang hajat? Ya, mungkin salah satunya Anda. Beberapa orang mungkin tidak bisa membuang kotorannya ketika tidak sambil merokok. Entah mungkin sensasi baunya lebih menggelegar jika ditemani rokok, atau sudah menjadi candu yang menggerogoti.
Menjadi hal yang biasa rokok menemani situasi para mahasiswa ketika berada dalam lingkungan kampus, atau dihinggapi pikiran stuck dan dilanda stres. Rokok selalu menjadi pelarian. Sesudah makan rutin pun, diakhiri dengan jari tangan yang menghampit rokok.
Rokok seakan memperbudak yang sudah candu karenannya, jangan jadikan isi otak kita ketika berpikir ditentukan oleh batang rokok yang berisikan daun kering. Maka dari itu tinggalkanlah rokok, lupakanlah sudah.
Itulah tiga alasan paling masuk akal, kenapa kita mahasiswa harus minggalkan rokok. Masih banyak sebab lain mengapa kita harus mulai meninggalkan rokok. Saya bukan berarti membenci perokok, tapi saya sungguh benci rokok tersebut, yang karenanya mencandukan sebagian besar manusia di Indonesia.
Rokok, Selain merugikanmu sebagai perokok, juga tentu orang yang tidak merokok pun ikut diresahkan karena kepulan asapnya. Maka sudah sewajarnya kita geram dan resah bukan karena asap kebakaran hutan saja, tetapi juga karena asap yang dihasilkan oleh rokok. (Insan/SM)