
Kolase foto demonstrasi bersejarah di Indonesia. (Foto/Istimewa)
Suaramahasiswa.info – Beberapa hari terakhir Indonesia tengah diramaikan dengan rangkaian demo mahasiswa. Mulai dari Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) hingga Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD RI semua dipadati dengan gelaran aksi demo para mahasiswa.
Tidak dipungkiri jumlah massa aksi kali ini memang lah sangat banyak. Dikutip dari Fajar.co.id, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM-UI), Manik Marganamahendra mengatakan massa mahasiswa yang menggelar aksi di depan Gedung MPR/DPR/DPD RI diperkirakan mencapai belasan ribu, belum termasuk jumlah massa yang beraksi di Gedung DPRD di daerah masing-masing.
Berangkat dari demo tersebut terlihat bahwa kawula muda memang memiliki ability untuk bersatu dalam menyuarakan pendapatnya tanpa memandang bulu, sekalipun ke ranah pemerintahan. Kendati demikian, selain demonstrasi baru-baru ini, ternyata terdapat beberapa demonstrasi besar yang juga tercatat dalam sepanjang sejarah Indonesia.
- Tritura (1966)
Jauh sebelum demo yang ramai dibicarakan pada bulan September 2019 ini, di tahun 1966 juga terjadi demo besar-besaran. Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) merupakan tiga tuntutan kepada pemerintah terkhususnya Presiden Soekarno yang dimotori oleh mahasiswa.
Tiga tuntutan yang waktu itu diserukan adalah pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI) beserta ormas-ormasnya, perombakan kabinet Dwikora, dan menurunkan harga sembako. Demo ini juga tercatat di sejarah sebagai demo besar yang terjadi di era Presiden Soekarno.
- Malari (1974)
Dilansir dari Kompas.com, tepat pada 15 Januari 1974, ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta turun ke jalan. Hal ini dilakukan guna menyuarakan kritik mereka terhadap kebijakan ekonomi Pemerintahan Soeharto yang dianggap terlalu berpihak kepada investasi asing.
Aksi yang dikenal sebagai Malapetaka Lima Belas Januari (Malari) ini dilakukan bertepatan dengan kedatangan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka untuk bertemu Presiden Soeharto. Suasana rusuh pecah dalam aksi tersebut yang kemudian ditanggapi oleh barisan mahasiswa yang membantah telah menjadi biang kerusuhan. Mahasiswa mengaku aksi yang mereka lakukan telah ditunggangi.
Meski begitu, kerusuhan ini menjadi alasan bagi rezim Orde Baru untuk membungkam gerakan mahasiswa yang dianggap menjadi penggerak Peristiwa Malari 1974.
- Trisakti (1998)
Demonstrasi yang tergolong terbesar sepanjang sejarah lain di Indonesia, terjadi pada tahun 1998. Demo tersebut diramaikan oleh mahasiswa dari berbagai penjuru negeri ini berisi tuntutan terhadap Presiden Soeharto agar segera menanggalkan jabatannya.
Diketahui unjuk rasa yang menyebar hingga pelosok daerah Indonesia ini juga memakan banyak korban dan kerugian material, sehingga menyebabkan ketakutan bagi warga Indonesia pada saat itu. Perjuangan mahasiswa dan rakyat kala itu membuahkan hasil sesuai harapan. Mantan Presiden kedua Indonesia yang menjabat paling lama ini, berhasil diturunkan.
- 212 (4 November 2016)
Jauh dari tragedi 1998, 4 November 2016 pun menjadi rangkaian selanjutnya yang tercatat sejarah atau yang akrab disebut Aksi 212. Aksi tersebut berlokasi di Monumen Nasional (Monas) Jakarta, merupakan demo yang dihadiri sedikitnya ribuan massa guna menuntut Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk nonaktif dari jabatannya karena telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan penistaan agama.
- 23-24 September 2019
Dua tahun berlalu, kini demo tercatat sejarah Indonesia datang kembali di 23-24 September 2019. Kawasan kompleks DPR-RI penuh sesak dengan berbagai elemen baik mahasiswa dan masyarakat yang turun ke jalan dengan membawa kritisi dalam tiap langkah yang mereka bawa.
Dipetik dari Tribunnews, Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Jakarta, Gregorius Anco menyebutkan bahwa mahasiswa memiliki tuntutan jelas, yaitu revisi UU KPK dan RKUHP dibatalkan, karena RUU tersebut dirasa bermasalah dan tidak sesuai dengan reformasi.
Demo yang sudah terjadi hingga saat ini belum memenuhi keinginan rakyat dan mahasiswa.
Penulis: Shella Mellinia Salsabila
Editor: Puspa Elissa Putri