Pers Suara Mahasiswa kembali mengudarakan karya teranyarnya. Kali ini Pers Kampus yang berdomisili di Bandung tepatnya Unisba, sukses merampungkan majalah “Suara Mahasiswa”, Edisi Desember 2015. Dengan tema general mengenai ‘Kualitas Dosen’. Gairah idealis, kejujuran, serta menjungjung tinggi hati nurani dari setiap punggawa SM, tetap menjadi prinsip utama. Dan tentu atas dasar semangat, “Dari Mahasiswa Untuk Kemanusiaan”.
Pergumulan terhitung sejak Agustus lalu yang terjadi di kantor Suara Mahasiswa, akhirnya memilih nama “Skenario Pentas Penatar” menjadi nama besar majalah. Atas dasar pemikiran; dosen dewasa ini yang hakikatnya mempunyai kewajiban untuk mentranformasikan ilmu kepada mahasiswa, ternyata diharuskan menunaikan tugas lain, semuanya termaktub dalam regulasi yang disusun oleh negara sedemikian rupa. Dari mulai beban kerja, gelar yang harus ditenteng dosen, sampai jumlah dana minimalis untuk penelitian.
Tetap mempertahankan rubrik-rubrik unggulan di dalam majalah macam Laporan Utama, Laporan Khusus, Pojok Bandung, Tatap Muka, Perjalanan dan lain sebagainya. Tahun ini, Suara Mahasiswa mencoba menambah varian rubrik baru; Pujangga yang berisikan tulisan sastra berupa cerita pendek, serta rubrik Mahasiswa Berprestasi yang diperbarui dari tahun kemarin menjadi tulisan profil yang dikemas seciamik mungkin.
Laporan utama yang menjadi taji Majalah Suara Mahasiswa mencoba mengupas tuntas prahara dosen di Indonesia secara umum, pembahasan berlanjut pada Tridharma, trisula kewajiban dosen yang harus tertunaikan. Sampai akhirnya ‘bola salju’ mengerucut ke dalam lingkaran kampus biru, ihwal regulasi pemerintah yang mengharuskan seorang pensyarah, minimal memakai toga dua kali, dalam hal ini diharuskan bergelar S2. Lantas, bagaimana Unisba menyikapi hal ini? Semuanya terangkum cantik dalam rubrik Laporan Utama.
Tidak hanya itu, telah tersusun Laporan Khusus yang sudah menjadi tradisi; menyoal kampus kakbah. Kali ini, Suara Mahasiswa menguraikan ‘usaha’ lain Yayasan Unisba, untuk memaksimal duit ‘receh’ sisa dari mahasiswa. Dan menyorot tentang fakultas ‘kartesian’, atau dalam bahasa lain yang tidak serupa, fakultas ‘kembar’ di kampus biru.
Terobosan dalam pengemesan majalah menjadi titik beda edisi kali ini. Bagaimana tidak, Suara Mahasiswa yang dari tahun ke tahun menelurkan majalah dalam bentuk cetak, sekarang muncul ke peredaran dalam kemasan ‘digitalisasi’. Inilah bukti keseriuasan Suara Mahasiswa untuk tetap eksis berkarya, meski ditantang zaman. Jangan khawatir, majalah digital besutan Suara Mahasiswa mantap dengan angka nol rupiah alias gratis.
Majalah secara resmi sudah beredar pertanggal 23 Desember 2015 kemarin. Maka dari itu, sesiapa pun yang berkehendak mengetahui info lebih dalam, bisa menjemput Suara Mahasiswa dalam ranah nyata dan maya. Jika berkenan, silahkan kunjungi kantor Suara Mahasiswa yang terletak di Jln. Tamansari 1, atau jangkau kami dalam dunia maya yang bernas dalam Official Account Line: @tuu3451z, twitter: @suaramahasiswaonline, instagram: psm_unisba, dan email: suaramahasiswaonline@yahoo.com (advertising/ media partner), redaksi.suaramahasiswa@gmail.com (news/views).
Untuk mengunduh majalah, silahkah klik tautan di bawah:
https://drive.google.com/file/d/0B8WMQmFGlMOtMXYyeWdmTjhya3M/view?usp=docslist_api
Demi memanjakan Anda, silakah hubungi Official Account Line kami terkait password majalah.
Tabik!
Dari Mahasiswa Untuk Kemanusiaan!
Redaksi